Family Time

Oleh: Syarif Thayib (Dosen UINSA Surabaya)

Ada 4 (empat) Presiden Indonesia yang sudah wafat. Mereka adalah presiden pertama hingga keempat: Bung Karno, Pak Harto, Pak Habibie, dan Gus Dur. لناولهم الفاتحه

Bung Karno dimakamkan di Bendogerit – Kota Blitar, Pak Harto di Astana Giribangun Karanganyar, Pak Habibie di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, sedangkan Gus Dur di Ponpes Tebuireng Jombang.

Dari keempat makam di atas, makam Gus Dur-lah yang paling ramai dikunjungi. Konon sehari rata-rata tidak kurang dari 200 mobil rombongan peziarah di area parkir makam.

Makam Bung Karno menempati urutan kedua dari jumlah peziarah terbanyak makam presiden RI. Disusul TMP Kalibata, dan Astana Giribangun yang relatif sepi peziarah.

Saya tentu tidak dalam kapasitas menilai, bahwa fenomena jumlah peziarah di atas berbanding lurus dengan kecintaan mayoritas rakyat Indonesia terhadap mereka.

Apalagi menilai tingkat “Prestasi Hidup” dari seberapa banyak karangan bunga ucapan belasungkawa, atau jumlah petakziah di rumah duka, maupun banyaknya jemaah di zoom tahlil (doa bersama) ketika beberapa mantan pejabat diberitakan wafat di WAG ini dalam tiga tahun terakhir.

Bisa jadi indikator capaian “Prestasi Hidup” tertinggi seorang Almarhum/ah adalah seberapa banyak orang yang sedih atau menangisi kepergiannya dan bersedia dengan sepenuh hati melanjutkan misi hidupnya.

Mahatma Gandhi pernah berpesan: “Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis, dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.”

Konon Stephen R. Covey (Author: The 7 Habits of Highly Effective People, 1989), peraih gelar Ayah Teladan dari National Fatherhood Initiative (2003) ketika di atas ranjang kematiannya (naza’) ditunggui 9 putra-putrinya dan 49 cucu-cucunya pada 16 Juli sebelas tahun lalu.

Pertanyaannya adalah: Apakah orang-orang yang selama ini kita cintai bakal membersamai saat kita meregang nyawa, menahan sakitnya sakaratul maut?

Atau sebaliknya, mereka sama-sama menghindar, menjauh dan seterusnya, sebagaimana terjadi pada benerapa orang tua dalam proses naza’nya.

Hillary Clinton ketika masih menjadi First Lady Amerika pernah berpidato di hadapan wisudawan-wisudawati kampusnya, Wellesley College of Massachusetts USA, kurang lebih sebagai berikut:

..Kelak ketika kalian berada di atas ranjang kematian, kalian tidak akan menyesal mengapa tidak meraih karir pekerjaan paling tinggi, juga kalianpun tidak menyesali kenapa tidak berhasil mengumpulkan banyak uang, dan seterusnya.

Yang kalian sesali ketika itu adalah mengapa tidak punya cukup waktu untuk membersamai orang-orang yang kalian cintai..

Mumpung weekend atau akhir pekan, maka efektifkan hari ini dan besok untuk membersamai orang-orang terdekat dan paling kita cintai, cause it’s family time.

Bratang Binangun, 11 Muharram 1445 H.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *