Oleh: Rosadi Jamani (Dosen UNU Kalbar)
Pagi tadi, jenazah abang saya, H Hatta Jamani dikebumikan. Selesai sudah kewajiban. Berikutnya, tahlilan sampai tujuh hari. Ada doa yang terus disampaikan baik dari anak, saudara, maupun kerabat dekat. Dengan doa diharapkan bisa melapangkan kuburnya dan dimasukkan ke dalam surga. Bahkan, ada tiga amalan yang terus mengalir, yakni ilmu bermafaat, amal jariah, dan doa anak soleh. Beruntunglah yang punya tiga amalan ini yang akan menggiringnya ke surga. Ada kehidupan di sana. Akhirat adalah kehidupan sesungguhnya. Kehidupan di dunia hanya sementara. Begitulah keyakinan umum umat Islam di dunia.
Kali ini saya akan membahas soal kematian. Ada narasi begini, “Kematian itu pasti. Untuk apa dipikirkan sesuatu yang sudah pasti.” Maksudnya, kematian pasti akan datang. Siapapun tidak bisa menghindarinya. Karena pasti, jadi slow saja bicara kematian. Tak perlu ditakuti. Di narasi ini mengandung tujuan, tidak ada kehidupan setelah kematian (life after death). Begitu mati, selesai semua. Titik. Pandangan seperti ini umumnya dianut kaum materalism atau atheisme. Tidak ada kehidupan setelah nafas berakhir. Tidak ada alam kubur, surga, apalagi neraka. Tuhan pun tidak ada. Lho mau berdebat dengan kaum ini, tak sanggup meladeninya. Selalu ditanyakan, “Apa buktinya ada kehidupan di sana?” Karena tidak ada bukti ilmiah, itu sebabnya pemikiran yang banyak dianut di negeri Barat dan negara komunis ini, tidak percaya ada kehidupan setelah jantung tak berdetak lagi. Mati, berakhir sudah kehidupan. Jika mati, mayatnya bisa ditanam, bisa dikremasi, bahkan ada diawetkan seperti halnya Lenin. Setelah dikubur, selesai. Tak ada tahlilan ya. Paling yang diributkan warisnya.
Wajar apabila di negera ini penganut paham ini, tinggi angka bunuh dirinya. Merasa tak kuat hadapi getirnya hidup, lebih baik gantung diri, terjun dari apartemen, nyebur ke sungai, over dosis obat, nembak kepala sendiri.
Berbeda dengan kaum agamawan. Semua sepakat, ada life after death. Akhirat nama alamnya. Hanya dua kemungkinan, masuk neraka atau surga. Masuk surga bila di dunia bergelimang dengan kebaikan. Masuk neraka, bila di dunia suka nyusahkan dan menyesarakan orang. Sehingga muncul istilah, hidup adalah pilihan. Serah lho mau masuk surga, ada jalannya. Mau masuk neraka pun ada caranya. Semua dicatat oleh malaikat dan di akhirat ditimbang amal ibadahnya. Di sinilah lho akan diadili seadil-adilnya, tanpa ada mafia hukum. Tak ada hukum tajam ke atas, tumpul ke bawah. Semua tajam atas bawah. Bila banyak dosa, langsung dicampakkan ke neraka. Bila banyak pahala, surga garansinya. Di sana hidup abadi (forever). Kehidupan inilah yang jadi mimpi utama kaum agamawan. Surga.
Begitu umumnya kaum agamawan memahami ada kehidupan setelah kematian.
Lalu bagaimana memperlakukan jenazah atau mayat setelah dinyatakan meninggal. Bagi orang Islam, wajib hukumnya di kubur dalam tanah. Orang Kristen juga demikian. Namun, berbeda dengan penganut agama lain. Ada yang dibakar dilakukan penganut Hindu. Kalau di Bali, namanya Ngaben. Proses pembakaran mayat bisa menyedot ribuan wisatawan. Ada juga mayat diletakkan di dalam dinding bukit atau gua. Seperti dilakukan orang Toraja di Sulawesi Selatan. Setelah beberapa tahun, mayat itu dibawa pulang, lalu dibersihkan, dipakaikan pakaian layaknya orang masih hidup. Yang tak biasa, pasti takut melihat mayat diperlakukan seperti itu.
Lebih aneh di Tibet. Di sana mayat tidak kubur, tidak juga dibakar. Mayat dijadikan makanan untuk burung pemakan bangkai. Menurut kepercayaan mereka, dengan dimakan burung itu, rohnya akan melayang di langit menuju nirwana.
Banyak lagi prosesi memperlakukan mayat yang terbilang aneh di dunia. Yang paling kontemporer, sejumlah ilmuwan Cina meneliti mayat yang sudah diserahkan secara resmi untuk dihidupkan lagi. Teori sederhananya, kenapa orang mati, karena ada organ tubuh yang tidak berfungsi lagi. Bagaimana organ yang rusak itu diperbaiki, apakah bisa hidup lagi. Nah, ini yang sedang dikerjakan ilmuwan gila Cina. Sejumlah mayat yang masa hidup sudah mendermakan mayatnya ke para ilmuawan itu. Seandainya penelitian ini sukses, apa yang terjadi dengan dunia ini? Apa hukumnya? Pasti banyak pesan, bila sudah death, minta dihidupkan lagi. Muncul bisnis menghidupkan mahal dengan harga selangit. Wah pasti gempar jagat ini.
Ada juga percaya reinkarnasi. Jasad memang mati, tapi rohnya tetap hidup dan berpindah ke jasad lain. Bisa pindah ke badan orang yang baru lahir, bisa juga ke binatang. Kepercayaan adanya reinkarnasi ini banyak dipercaya orang Cina dan India.
Gimana wak? Percaya ada kehidupan setelah kematian. Sebagai orang Islam percaya dan itu bagian dari iman. Lho kalau tak percaya, ke-Islam-an lho pasti dipertayakan. Kalau ada kematian, bacalah doa, tahlil, atau sumbangan untuk si mayat agar bisa meringankan langkahnya menuju surga. Segala hutangnya dibayar selama mampu dibayar. Kalau tak mampu, biarlah Tuhan yang membayarnya.
Bila memang tak percaya ada kehidupan di akhirat, tanda lho berpaham atheism. Kalau sudah atheism, kematian adalah akhir kehidupan. Selesai.