Aswaja News – Mega proyek pembangunan Monumen Reog dan Museum Peradaban (MRMP) setinggi 126 meter di gunung kapur, Sampung terus berjalan.
Proyek yang dimenangkan oleh PT. Widia Satria, mulai dibangun pada tahun 2022 dan telah menyentuh angka 50,7 persen di awal tahun 2024.
Sementara itu, mega proyek MRMP tahap pertama akan dikerjakan selama tiga tahun, dari 15 Desember 2022 hingga 14 Desember 2024. Pada tahap pertama ini, pekerjaan akan dilakukan pembangunan struktur hotel 16 lantai dan Monumen Reog.
“Target kami tetap di akhir Desember nanti sudah selesai dan bisa diresmikan,’’ ungkap Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko.
Perlu diketahui, MRMP yang digadang-gadang akan melebihi ketinggian Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali tersebut akan menelan anggaran lebih dari Rp. 90 miliar.
‘’Tidak hanya monumen, tapi nanti begitu masuk sekitar Desa Sampung kawasannya terlihat zona wisata yang indah dan nyaman,’’ tambah Kang Giri.
Sementara itu, warga sekitar menyebut bahwa adanya pembangunan ini juga melibatkan masyarakat untuk berdiskusi terkait pembangunan tersebut.
“Untuk hari ini masih belum tampak karna masih pembangunan. Namun, Alhamdulillah dalam proses pembangunan ada sedikit banyak pemuda sampung yang bekerja di sana,” tambahnya.
Pembangunan MRMP ini dipandang sebagai upaya mengurangi ketidakmerataan pembangunan di Ponorogo. Diharapkan MRMP dapat membuka peluang kerja baru di wilayah tersebut.
Dengan hadirnya MRMP ini, masyarakat setempat dapat mengakses berbagai kesempatan pekerjaan. Hal ini dapat membantu mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat di sekitar MRMP.
Potret lain adanya MRMP adalah keberlangsungan usaha menengah ke bawah seperti warung kopi, warung makan, dan lainnya hingga kondisi area pemukiman padat penduduk yang dekat dengan lokasi tersebut. Bukan tidak mungkin, akses menuju MRMP akan diperluas sehingga pemukiman penduduk tersebut juga akan mengalami perubahan.
Selanjutnya, masyarakat menilai ke depan angka wisatawan meningkat. Namun, perlu segera dipersiapkan peluang dan persiapan tenaga kerja lokal, pengembangan ekonomi lokal, relokasi yang tepat hingga pemulihan lingkungan sekitar MRMP. Hal ini agar terjadi keseimbangan pembangunan baik secara infrastruktur maupun SDM.
Terlebih aspek keberlanjutan lingkungan atau upaya konservasi lingkungan turut menjadi isu yang dinilai penting, terutama dengan area hijau dan pengelolaan sampah yang selalu menjadi problem utama.
Maka, keterlibatan masyarakat lokal dalam MRMP adalah upaya yang dapat memastikan kebutuhan dan aspirasi mereka terakomodasi dengan baik.
Harapannya, pembangunan tersebut dapat mempertimbangkan perekonomian daerah yang merata dan tepat sasaran serta ramah terhadap semua kalangan masyarakat. (Azza Fahreza)