Dajjal vs Imam Mahdi

Oleh: Rosadi Jamani (Dosen UNU Kalbar)

Heboh soal dajjal dan Imam Mahdi. Dua kata inipun trending di medsos. Gara-gara ada ulama di Banten mengaitkan dajjal dan Imam Mahdi dengan seorang bacapres. Bacapres digambarkan Imam Mahdi. Tak memilihnya sama dengan dajjal. Bacapres dimaksud, kalian tahulah. Tak perlu tunjuk hidungnya. Ulamanya juga kalian tahu. Soalnya viral di medsos.

Benarkah demikian? Dalam keyakinan umat Islam, istilah dajjal dan Imam Mahdi itu memang ada. Dajjal akan muncul bila mendekati kiamat. Imam Mahdi juga demikian, datang untuk menyelamatkan manusia dari pengaruh dajjal. Banyak riwayat, dajjal itu berwujud manusia, matanya satu, rambut keriting, tubuh kekar tapi pendek. Ia lahir di desa kecil di Palestina. Memiliki keturunan. Keturunannya inilah yang terus menyesatkan manusia. Begitu juga Imam Mahdi. Ada mengatakan sudah muncul. Cuma, yang mana orangnya tidak ada yang tahu. Ada ngaku-ngaku, tapi tak diakui semua umat Islam. Penceramah A Razi Hasyim dalam ceramahnya, bisa saja Imam Mahdi itu orang biasa, tapi memiliki kedalaman hati yang tinggi. Bisa saja ada di sekitar kita. Kalau baca referensi soal ini, banyak. Dajjal dan Imam Mahdi ada wujudnya.

Namun, ada juga menggambarkan itu hanya simbol. Dajjal simbol kejahatan. Imam Mahdi simbol kebaikan. Dua ikon ini akan terus berperang sampai hari kiamat.

Kalau digambarkan demikian, saya setuju. Semua yang jelek-jelek itu namanya dajjal. Sebaliknya, semua yang baik-baik, Imam Mahdi. Boleh sepakat atau tidak sepakat, silakan saja. Ada dajjal pasti muncul Imam Mahdi. Ada kejahatan pasti ada kebaikannya. Yin dan Yang.

Kalau ditarik ke wilayah filsafat, semua akan rancu. Sebab, tidak ada manusia bisa mendefinisikan secara tepat apa yang dimaksud kejahatan dan kebaikan. Jahat menurut kita di sini, belum tentu baik di negeri sana. LGBT jahat menurut kita di sini, di Eropa justru tidak. Baik di sini, belum tentu baik di belahan bumi lain. “Kadang kita berbuat baik saja dianggap salah.” Sedekah itu baik. Tapi kalau niatnya hanya untuk mencari suara, baiknya akan dipertanyakan. Nyumbang harus ikhlas. Niat baik presiden bangun IKN, tapi di mata pembencinya, itu jahat.
Itu kalau ditarik ke wilayah filsafat.

Perang itu dianggap jahat. Padahal, kedamaian yang dirasakan saat ini, buah dari perang. Eropa damai, buah dari Perang Dunia II. Rusia serang Ukraina. Di mana rakyat Ukraina, Rusia itu dajjal. Sebaliknya, di mata rakyat Rusia, Putin bisa dijuluki Imam Mahdi.

Kembali soal dajjal vs Imam Mahdi jelang Pilpres. Anda sebagai pemilih, silakan saja menilai. Masing-masing pendukung punya cara sendiri untuk meyakinkan orang lain. Carilah cara tidak menyinggung perasaan lawan politik. Kalau suka menyinggung, tandanya siap juga disinggung. Saya senang ajakan, “Mari kita hiasi Pemilu dan Pilpres dengan kegembiraan.” Sama-sama gembira dan sama-sama ngopi. Kan enak jadinya.#camanewak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *