Kiprah dan Perjuangan Keagamaan KH Imam Sayuti Farid

Aswaja News – KH Imam Sayuti Farid yang baru saja wafat hari ini (20/07/2023) meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Ponorogo khususnya warga nahdliyyin. Beliau merupakan salah satu Kyai Sepuh Ponorogo yang telah berkiprah dalam menyebarkan pengetahuan keagamaan melalui Pondok Pesantren dan lembaga pendidikan.

Beliau melanjutkan estafet perjuangan Kiai Hamzali dengan mendirikan Ponpes Ittihadul Ummah di lingkungan masjid peninggalan laskar Pangeran Diponegoro itu di Kelurahan Jarakan.

Pesantren Ittihadul Ummah didirikan 1970 silam. Dilatarbelakangi lesunya kegiatan pendidikan keagamaan di lingkungan setempat. Saat itu, KH Abu Manshur —pengurus utama masjid sudah uzhur, menginjak 90 tahun. Beliau merupakan generasi ketiga dari Kiai Hamzali yang babad wilayah Jarakan. Sementara regenerasi belum ada. Lalu, datanglah KH Sayuti yang tak lain santri KH Thoha Mu’id dari Bandar Kidul, Kediri. Ulama kelahiran Tulungagung yang masih memiliki hubungan darah dengan Ponorogo. Dari jalur ayahnya di keluarga Bani Abdul Ghoni, Gandu, Mlarak. Dari garis keturunan ibu juga masih satu jalur dengan Bani Abu Syukur, Kradenan, Jetis. Kedua tokoh tersebut merupakan kiai besar di wilayahnya masing-masing. Oleh karenanya, KH Sayuti terpanggil meneruskan syiar Islam di Bumi Reyog. Selain, ditugaskan Kemenag Jatim menjadi guru di Ponorogo. ‘’Bisa dibilang, beliau itu pendatang murni yang membangun pesantren dari nol,’’ ungkap Gus Kirom, salah satu menantu beliau sekaligus salah satu jajaran pengasuh Ponpes Ittihadul Ummah.

Kehadiran KH Sayuti pun disambut hangat warga setempat. Tokoh sekaligus sesepuh pengurus masjid pun mempercayakan kegiatan keagamaan kepada beliau. Dari situlah lahir niat besar membangun pesantren di dekat masjid. Keinginan itu mendapat restu dari berbagai tokoh masyarakat, Kiai Sujak Sulam yang merupakan generasi penerus kiai Hamzali. Akhirnya, Ia membangun pesantren dengan mendirikan madrasah diniyyah untuk membekali anak-anak dengan ilmu keagamaan. Selang dua tahun, tepatnya tahun 1970, KH Sayuti membulatkan tekad membangun pondok pesantren. ‘’Perlahan,  santri mulai berdatangan,’’ sambungnya.

Bangunan yang digunakan kegiatan santri merupakan bangunan lama peninggalan Haji Umar Shidiq dan Haji Idris di era 1930-an. Pembangunan masjid diawali babad kawasan tersebut. Dulu kawasan itu berupa hutan belantara tumbuh subur Pohon Jarak. Pohon tersebut juga membentang di pinggiran sungai. Dari situlah, kawasan di selatan pasaar relokasi itu dinamakan Jarakan. Tak kurang dari 185 santri diajarkan berbagai kitab salafi. Seperti tafsir jalalain, alfiyah ibn malik, fathul qorib, hingga qomi’uth tuhgyan.(Nda)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *