AswajaNews – Di era digital seperti sekarang, tak jarang kita menemui cerita unik tentang bagaimana seseorang lebih memilih “curhat” ke Meta, entah itu Facebook, WhatsApp, Instagram, atau platform digital lainnya, daripada kepada teman atau keluarga.
Dosen saya pernah membagikan kisah seorang mahasiswi yang merasa lebih nyaman berbagi cerita dan keluh kesahnya melalui media sosial atau chatbot AI. Alasannya sederhana: respons yang cepat, tanpa rasa menghakimi, selalu memberikan solusi, dan yang paling penting, rasa aman bahwa rahasia yang dibagikan tidak akan tersebar. Berbeda dengan manusia, yang meskipun berjanji menjaga rahasia, tetap ada potensi bocor, entah lewat obrolan santai atau gosip.
Fenomena ini sebenarnya mencerminkan kegelisahan sosial yang cukup dalam. Manusia sebagai makhluk sosial memang membutuhkan tempat untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran. Namun, kenyataannya, interaksi antar manusia sering kali tidak sehangat dan seaman yang diharapkan. Kekecewaan, ketakutan dihakimi, atau bahkan rasa tidak dipercaya kerap membuat seseorang enggan berbagi secara terbuka.
Di sinilah teknologi hadir sebagai alternatif yang menawarkan ruang aman, meskipun ruang itu bersifat digital dan “semu”.
Penelitian yang dipublikasikan di Journal of Medical Internet Research (Inkster, Sarda, & Subramanian, 2023), menunjukkan bahwa chatbot berbasis kecerdasan buatan semakin banyak digunakan sebagai media dukungan emosional, khususnya bagi mereka yang merasa sulit berbicara dengan orang lain secara langsung.
Chatbot ini memungkinkan pengguna untuk mengekspresikan perasaan seperti kesedihan atau kecemasan tanpa takut dihakimi, karena respons yang diberikan bersifat konsisten dan tanpa prasangka.
Survei yang dilakukan di India (Kumar & Singh, 2024) juga mengungkapkan bahwa meskipun sebagian besar masyarakat masih lebih percaya pada interaksi manusia dalam konteks kesehatan mental, ada kepercayaan yang berkembang terhadap intervensi AI.
Keunggulan utama yang dirasakan adalah aksesibilitas 24 jam, biaya yang lebih terjangkau, serta minimnya stigma sosial dibandingkan konsultasi langsung dengan manusia. Namun, kekhawatiran terkait privasi data dan kurangnya sentuhan manusia tetap menjadi perhatian.
Dari sisi psikologis, keberadaan AI sebagai “teman curhat” memang membawa manfaat sekaligus tantangan. Studi terbaru (Smith, 2025) menyoroti bahwa AI companions dapat mengurangi rasa kesepian dan memberikan kenyamanan emosional, terutama bagi individu yang mengalami isolasi sosial. Namun, ketergantungan berlebihan pada AI justru berpotensi memperdalam isolasi tersebut, karena interaksi manusia yang kompleks dan penuh nuansa sulit digantikan oleh mesin.
Penelitian lain di Journal of Computer-Mediated Communication (Meng & Dai, 2021) menemukan bahwa dukungan emosional dari chatbot mampu mengurangi stres dan kecemasan, tetapi dukungan dari manusia tetap lebih efektif dalam memberikan rasa didukung secara utuh.
Chatbot yang hanya meniru empati tanpa benar-benar merasakan bisa membuat pengguna merasa kurang puas, bahkan berisiko memperburuk kondisi. Meski begitu, penting untuk diingat bahwa teknologi ini bukanlah pengganti manusia.
Sentuhan, empati, dan kehangatan yang hanya bisa diberikan oleh sesama manusia tetaplah hal yang tak tergantikan.
Fenomena mahasiswa yang lebih memilih curhat ke Meta atau AI sesungguhnya adalah cerminan dari kebutuhan akan ruang aman yang sulit ditemukan dalam interaksi sosial nyata.
Curhat ke Meta dan AI merupakan fenomena yang menggambarkan kekecewaan manusia terhadap sesamanya sekaligus harapan pada teknologi untuk menyediakan ruang aman.
Teknologi memang memberikan kemudahan dan kenyamanan, namun tidak dapat menggantikan kehangatan dan kedalaman hubungan antar manusia.
Tantangan kita ke depan adalah bagaimana membangun kembali kepercayaan antar manusia dan memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu yang memperkuat, bukan menggantikan, interaksi sosial.*** (Anwar Bahrudin)
Referensi:
Inkster, B., Sarda, S., & Subramanian, V. (2023). The Potential of Chatbots for Emotional Support and Promoting Mental Well-Being. Journal of Medical Internet Research, 25(2), e64380. https://doi.org/10.2196/64380
Kumar, R., & Singh, A. (2024). Who Do I Trust More? Public Perception on AI-driven Mental Health Interventions: A Survey Research (Preprint). JMIR Preprints. https://preprints.jmir.org/preprint/64380
Smith, J. (2025). AI Companions and Mental Health: Can Virtual Companions Reduce Loneliness? Psychologs.
Meng, J., & Dai, Y. N. (2021). Emotional Support from AI Chatbots: Should a Supportive Partner Self-Disclose or Not? Journal of Computer-Mediated Communication, 26(4), 207-222. https://doi.org/10.1093/jcmc/zmab006
Sumber foto: RRI