Aswaja News – Balita usia 1-3 tahun yang sering disebut dengan Toddler, sering kali mencuri perhatian dengan berbagai aksi unikya. Mulai dari aktif bermain, penasaran dengan hal baru, menanyakan hal-hal yang ada disekitarnya, dan aksi-aksi unik lainnya sehingga Toddler sering disebut sebagai manusia paling sibuk di dunia, hehe.
Aksi-aksi yang dilakukan oleh Toddler seakan-akan menjadikan mereka sebagai penemu hal baru, karena rasa ingin tahunya untuk mengeksplorasi dunia.
Pernahkah berfikir, mengapa usia Toddler adalah usia yang berharga bagi pertumbuhan seorang anak?
Jean Piaget berpendapat bahwa perkembangan kognitif individu sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Interaksi seseorang dengan lingkungan sosial dan fisik yang ada di sekitarnya memicu terjadinya pembelajaran.
Piaget mengidentifikasi empat fase dalam perkembangan kognitif pada manusia. Fase-fase ini diantaranya yaitu sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal (Wandani et al., 2023).
Pertama adalah fase sensorimotor, fase ini berlangsung sejak individu lahir hingga usia dua tahun. Pada fase ini, bayi mulai mengeksplorasi dunia melalui indera dan gerakan fisik mereka. Kedua adalah fase praoperasional, fase ini terjadi ketika individu berusia dua hingga tujuh tahun yang ditandai dengan berkembangnya kemampuan berimajinasi. Namun, pemikiran anak-anak pada tahap ini masih bersifat egosentris, belum mampu memahami sudut pandang orang lain.
Ketiga adalah fase operasional konkret, fase ini terjadi pada usia tujuh hingga sebelas tahun. Pada tahap ini, seorang individu mulai mengalami perkembangan dalam pemikiran yang logis. Mereka mulai memahami hubungan yang bersifat kausalitas, dapat melakukan klasifikasi dan seriasi, serta menguasai konsep matematika dasar.
Keempat adalah fase operasional formal, fase ini merupakan tahap terakhir dalam teori Piaget, dimulai sekitar usia sebelas tahun dan berlanjut hingga dewasa. Individu pada tahap ini mampu berpikir abstrak, melakukan penalaran hipotetis-deduktif, dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan. Mereka juga dapat memahami konsep-konsep ilmiah dan filosofis yang kompleks.
Berdasarkan perkembangan kognitif Piaget, Toddler merupakan individu yang berada pada tahap atau fase sensorimotor dan fase awal praoperasional. Pada tahap ini, perkembangan pada seorang individu ditandai dengan kemampuannya mengeksplorasi dunia dan mulai berkembangnya kemampuan berimajinasi.
Fase tersebut merupakan fase penting untuk mengarahkan seorang individu dalam kegiatan yang positif. Lingkungan sebagai tempat belajar memberikan dampak yang signifikan terhadap pembentukan karakter dan pengetahuan pada seorang individu.
Pada usia ini, hendaknya seorang individu mulai dikenalkan dengan hal-hal ilmiah yang dapat mereka temukan dalam kehidupannya sehari. Ada banyak fenomena sains yang terjadi disekitar mereka yang mungkin tidak disadari. Seperti halnya mengapa minyak goreng tidak bisa tercampur dengan air, mengapa bentuk daun bermacam-macam, ataupun mengapa ada daun yang tidak berwarna hijau.
Dalam bidang sains, terdapat sebuh teori sains lingkungan yang disebut dengan istilah Etnosains. Etnosains dapat dipahami sebagai bentuk kegiatan pembelajaran yang mentransformasikan antara sains asli yang berasal dari masyarakat dengan sains ilmiah (Sarini, 2019).
Pengenalan anak pada sains yang ada dilingkungan sekitar mereka dapat meningkatkan kemampuan komunikasi yang dapat berdampak pada keberlanjutan hidupnya dimasa mendatang.
Untuk mengenalkan Toddler pada sains lingkungan, orang tua dapat memulainya dengan hal-hal kecil atau umum yang sering mereka temui dalam kehidupannya. Hal ini dapat dimulai dari makanan yang mereka makan. Menjelaskan secara sederhana mengapa tempe sebagai makanan khas masyarakat Indonesia dapat terbentuk. Hal ini karena adanya proses fermentasi yang terjadi.
Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya adalah mulai mengenalkan Toddler tentang pentingnya menjaga lingkungan dengan membiasakan mengolah sampah dengan bijak. Membuang sampah pada tempatnya, dan mengajarkan pada Toddler untuk memulai membedakan sampah-sampah yang bersifat organik dan non organik secara sederhana.
Melalui perkembangan teknologi yang semakin pesat, orang tua dapat mengarahkan pendidikan karakter yang berdampak pada seorang anak. Perkembangan zaman, membawa orang tua untuk belajar, hal ini bertujuan agar orang tua mampu menciptakan lingkungan yang positif sebagai ruang belajar anak.
Perkembangan zaman juga membawa kemajuan diberbagai sektor, salah satunya adalah sektor pendidikan. Saat ini, banyak sekali konten-konten edukasi yang dapat di akses secara bebas yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan dalam dunia pendidikan.
Lingkungan sebagai tempat belajar pertama Toddler akan memengaruhi kepribadian, karakteristik, dan pengetahuan seorang individu keedepannya. Toodler merupakan calon penerus bangsa, penerus perjuangan para pemimpin. Maka pastikan, calon penerus bangsa dididik dalam lingkungan yang baik.
Penulis : Elsa Monica, S.Pd.
Rujukan :
Sarini, Putri and Kompyang Selamet, 2019. “Pengembangan Bahan Ajar Etnosains Bali bagi Calon Guru IPA,” Jurnal Matematika 13, no. 1.
Wandani, E., Shufi Sufhia, N., Eliawati, N., & Masitoh, I. (2023). Teori Kognitif dan Implikasinya Dalam Proses Pembelajaran Individu. Madani: Jurnal Ilmiah Multidisipline, 1(5), 868–876. https://doi.org/10.5281/zenodo.8055054