Representasi Cantik, Sebuah Gagasan ‘Dadi Wong Wadon’ dalam Perempuan Jawa

Aswaja News – Dalam masyarakat Jawa, gagasan kecantikan perempuan termaktub dalam konsep ‘dadi wong wadon’.

Perempuan Jawa dicerminkan sebagai simbol etika sopan santun yang tinggi, halus sekaligus representasi cantik yang selaras dengan lahir batinnya.

Penampilan perempuan jawa seolah memperlihatkan karakter ke-ibu-an yang teduh dan hangat.

Sebuah gambaran tingkat kematangan sosial yang menurut masyarakat jawa telah mencapai kehalusan ‘roso’ yang kemudian terpancar dari aura kecantikan perempuan jawa.

Bahkan Sir Thomas Raffles turut kagum terhadap kecantikan perempuan jawa hingga pernah melukiskan keanggunan dan kecantikan perempuan Jawa dalam bukunya “History of Java”.

Dalam dunia modernitas, tentu perempuan jawa terdampak gempuran produk-produk modern terutama pemenuhan kebutuhan untuk penampilan mereka.

Dalam buku ‘Dadi Wong Wadon’ karya Risa Permanadeli justru menyuguhkan gagasan bahwa perawatan dan kecantikan perempuan jawa merupakan medan perang perempuan jawa dalam melestarikan keseimbangan.

Keseimbangan yang dimaksudkan adalah perwujudan konsep ideal perempuan jawa antara kecantikan di luar dan kecantikan di dalam di tengah dunia modernitas.

Dalam praktik mengonsumsi barang kosmetik dan belanja pakaian modern misalnya, perempuan jawa selalu mengaitkannya dengan ’empan papan’.

Dalam buku Saya, Jawa dan Islam karya Irfan Afifi dijelaskan bahwa makna ’empan papan’ diartikan penggunaan pakaian modern sekalipun harus dikenakan dan dipertimbangkan berdasarkan kesesuaian umur, status sosial ekonomi, status perkawinan dan peranan sosialnya.

Jika ’empan papan’ tersebut masih melekat pada perempuan Jawa, maka konteks kecantikan mereka dinilai menjadi modalitas yang bersifat sosial dan bukan individual.

Tentu konsep perempuan jawa yang tradisional berbeda dengan gerakan feminisme barat dalam memandang peranan sosial perempuan sebagai sebuah ketertindasan dan keterkungkungan.

Pada akhirnya, konsep cantik menurut perempuan jawa bukanlah sesuatu yang dipandang berdasarkan penampilan fisik, melainkan selalu dikaitkan dengan hal-hal diluar fisik seperti kecantikan lahir batin hingga merambah pada peranan sosialnya yang justru terpancar sebagai aura kecantikan yang halus dan keibuan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *