Hamim Jazuli, Pemuda NU Ponorogo Ahli Kaligrafi Terkenal

Aswaja News – Di saat kebanyakan mahasiswa sibuk dengan tugasnya, Hamim Jazuli (22)
mahasiswa INSURI asal Ponorogo Jatim sudah lama memulai aktivitasnya dengan mengasah goresannya, keistiqomahan menggores diatas kertas dan pena memberikan nilai keindahan suatu karyanya. Dulu waktu masih kecil
suka corat coret ditembok rumahnya sekarang dia lebih suka mencurahkan bakatnya di tembok-tembok masjid, sangat indah bukan

Goresan dari kuasnya dengan tekniknya sendiri, tangan dan goresannya sangat menguasai pewarnaan yang begitu tepat, warna yang diolah dan pencampuran warnanya begitu pas hingga karya yang dia buat seolah olah mempunyai roh di setiap tulisannya dan menghasilkan tulisan kaligrafi yang membelalakkan mata.

Hamim Jazuli, merupakan seorang seniman muda NU Ponorogo yang sudah berkecimpung di dunia kaligrafi sejak di bangku kelas 7 MTs.
Lewat karyanya, karya yang dia buat membuat semua orang khususnya ta’mir masjid ingin masjidnya bernuansa seni islami. Karya yang cukup fantastis, di mana karyanya yang dulunya hanya biasa sekarang luar biasa.

Pemuda yang kini tinggal di Kabupaten Ponorogo itu, selain dia mengerjakan kaligrafi di masjid dia juga membuka jasa tulisan kaligrafi nama anak, mahar nikah dan masih banyak lagi. Saat ditemui mahasiswa di rumah nya yang terletak di Kecamatan Balong,
Hamim mengaku, penghasilannya dari pengerjaan kaligrafi Masjid, 1 meternya dari harga 300 rb – jutaan, apalagi 1 masjid full kaligrafi, tetapi pembuatannya juga tergantung kualitas dan bahan yang digunakan.

“Ya, kalau 1 masjid bisa berpenghasilan puluhan juta apalagi 10 masjid yang ia kerjakan bisa mengguncangkan rumah mertua hehehehe…..” tuturnya, Sabtu (25/11/2022) dini hari. Selain menjadi mahasiswa, ia lebih memilih menfokuskan mengasah goresannya lewat karyanya.

“Baik sedang senggang maupun padat dengan rutinitas, saya sempatkan untuk mengolah kualitas goresan saya, walau hanya menggores satu huruf dengan huruf yang sempurna itu lebih baik dari pada tidak menggores sama
sekali”. Karena dari ke konsistenan ia mengasah goresan akan menjadikan kualitas karyanya lebih bagus lagi dari yang sebelumnya.

Dakwah itu tidak hanya kita ceramah, menulis berita, menulis jurnalistik tetapi juga menciptakan karya seni khusunya karya seni kaligrafi yang bersifat abadi” tuturnya.
Di tengah aktivitas menggoresnya, ia mengakui membuat kaligrafi masjid itu lebih berhati-hati soalnya risiko saat mengerjakannya juga banyak, seperti halnya ukuran tidak pas, ketinggian, dan pengolahan warna yang kurang pas.

“Biasanya masjid yang saya buat kaligrafi waktu masih di Sukabumi kebanyakan di Bogor, Depok, Banten, Tangerang dan masih banyak lagi. Yang terakhir saya kerjakan kaligrafi di Blitar,” ujarnya. Menurutnya, kuliah bukan soal kita sibuk dengan aktivitas perkuliahan, melainkan bagaimana kita bisa mengolah diri kita lebih baik lagi di luar kampus, “mau kita gelar sarjana pun kalau tidak punya relasi atau tujuan ke depannya, yah sama saja kita menunda pengangguran 4 tahun” ujarnya.

“Kalau kita sering buat karya, uang itu tidak usah kita cari tetapi akan mencari, karena pekerjaan atau hobi berlandaskan dengan rasa cinta itu anugerah”, kata pemuda ramah tersebut. Sebelum mengakhiri perbincangan, Hamim Jazuli, semua hal yang ditekuni
akan membawa kita menjadi seorang yang mampu membentuk jati diri sendiri.

Sebuah hobi atau bakat dapat menghasilkan pundi pundi keberkahan, tak terkecuali hobi sekaligus cita-cita menjadi kaligrafer itu keinginanku sejak di bangku MTs. (adi)

Awal mula menekuni sebuah kaligrafi yah dari pertama lomba kaligrafi
waktu MTs dan alhamdulillah juara 1, dari situ semangat di jiwaku membara
belajar belajar dan hingga sekarang bisa fokus dan bisa meraih tropy
perlombaan maupun sayembara kaligrafi. Hingga kini hobiku sekarang juga
sebagian dari pekerjaanku. Karena motivasi dari guruku ayahanda Didin
Sirajjuddin di manapun kamu bekerja kamu adalah seorang kaligrafer. (adi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *