Aswaja News – Puluhan sopir yang tergabung dalam Sopir Kiai Nusantara (SK NU) menggelar pertemuan di Pondok Pesantren Hasan Munadi Desa Karangan , Kecamatan Badegan Sabtu (19/08/23) malam. Pertemuan itu dihadiri puluhan anggota SK NU di Kabupaten Ponorogo .
Mereka berkumpul layaknya santri pada umumnya. Mulai dari berdoa, tahlil, ngopi, makan bersama, dan tak lupa mereka juga saling lempar gurauan sesama sopir.
Kiai Agus Maghfur al Hafidz dawuh, Alhamdulillah saya ikut bangga dengan adanya SK ini, pasti banyak barokah didalamnya, ketika sampean ngladosi Kiai niku sing tenanan, dan semoga nanti kita husnul khatimah.
Sedianya jumlah anggota SK NU di Kabupaten Ponorogo sudah terdapat 20-an anggota. Sopir Kiai Ponorogo atau sering disebut SK Ponorockgo mulai melebarkan sayap, dengan memperoleh data yang didapat dari RMI. Pengurus SK Ponorockgo membuat surat yang ditujukan ke pondok pesantren seluruh Ponorogo untuk mengadakan suatu kumpulan atau yang sering disebut Kopdar. Keberadaan SK Ponorogo ini dibawah naungan SK NU (Sopir Kiai Nusantara)
Namun, saat berkumpul mereka tidak semuanya bisa datang. Karena, bagi mereka, yang terpenting adalah khidmah kepada Kiai. Baru, kalau ada waktu luang mereka akan menjalankan aktivitas di luar termasuk ngopi bareng teman sejawatnya ujar Pak Farid Sopir Pondok Darul Huda Mayak.
Kalau Jawa sudah banyak anggotanya, Di Jawa Timur ada anggota yang merupakan santri sekaligus sopir dari Kiai Lirboyo maupun Ploso dan pesantren besar lainnya. Begitu juga di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Lampung” kata Pak Ulil sopir Pondok Darul Huda Mayak.
Lebih lanjut, para sopir ini memiliki tugas khusus. Mereka bertugas mengantar Kiai ke salah satu tempat. Ketika saat mengantarkan para Kiai, tak jarang mereka bertukar informasi. Umumnya tentang informasi lalu lintas. Demi kelancaran perjalanan Sang Kiai, tentu para sopir harus mencari jalur mana yang paling aman dan paling cepat sampai tujuan.
“Misalnya mau ke Lirboyo, kami menghubungi sopir Kiai yang ada di sana. Sesampainya di sana, kalau mereka sedang tidak ada tugas mengantarkan Kiai, mereka akan bertemu dan menjamu sesama sopir Kiai,” ujar lelaki yang menjadi sopir Gus Munir Dari Pondok Jenes.
Sementara itu, Rowi salah satu pengurus SK mengatakan bahwa anggota komunitas ini tak hanya bagi mereka yang masih lajang dan nyantri di pesantren. Sopir Kiai juga banyak yang sudah berumah tangga dan memiliki anak. ’’Semua hanya ngalap (mencari) berkah. Tidak ada yang berorientasi ke profit,’’ tambahnya.
Memang ia bersama anggota lain sering berkumpul. Kalau saat berkumpul para sopir itu saling tukar pengalaman dan juga saling bergurau ala santri.
“Kalau kumpul begini kami saling tukar pengalaman. Ya kami juga melempar joke gurauan ala santri. Itu sudah biasa,” tuturnya yang juga sopir Pondok Jarakan.
“Jargon kami, Ngiwa Nengen Nderek Kiai (ke kanan maupun ke kiri tetap ikut Kiai),” (row)