Jokowi Turun Jokowi Naik

Oleh: Rosadi Jamani (Pengamat Media Sosial, Ketua Satupena Kalimantan Barat)

Capek seharian keluar daerah. Tak sempat mantau full aksi 10 Agustus, demo buruh, people power kepung istana. Gimana Jokowi apakah sudah turun? Sepertinya belum ya. Bisa jadi Pakde sedang main kuda-kudaan dengan cucunya sekarang. Atau lagi ngopi dengan Moeldoko yang PK nya ditolak MK. Artinya, situasi Indonesia masih terjaga dengan baik. Tak ada aksi anarkis. Tak ada polisi tembakkan gas air mata, meriam air, pentung sana pentung sini, kejar-kejaran menangkapi demonstran. Tak ada kan? Aman. Pakde pun nyenyak tidur malam ini. Buruh sudah menyuarakan tuntutannya. Cabut UU Cipta Kerja, naikkan upah 2024 sebesar 15 persen, cabut presidential threshold 20 persen menjadi 0 persen, revisi parlimanentary threshold 4 persen, cabut UU Kesehatan, dan wujudkan Jaminan Sosial Semesta Seumur Hidup (JS3H), reforma agraria, serta kedaulatan pangan. Itukan tuntutan buruh. Yo..wes. Diterima dan dipelajari dulu. Tak mungkinlah, esok enam tuntutan langsung dikabul. Ada prosesnya wak. Kalau langsung dikabulkan, lusa saya mau demo jugalah, menuntut gaji dosen naik 50 persen. Bolehkan nuntut. Buruh aja bisa, apalagi dosen yang jumlah ribuan juga.

Info sampai tulisan ini diketik, masih ada buruh di kawasan Patung Kuda. Silakan saja, asal jangan ganggu oran lain. Monggo. Cuma, jangan pula salahkan aparat bila mau ngusir. Alangkah indahnya, suara buruh sudah disuarakan, didengarkan pemerintah, lalu diproses sesuai mekanisme aturan, lalu pulang ke rumah. Esok kerja untuk anak dan istrk. Langkah berikutnya, kawal segala tuntutan itu. Bila emang diabaikan atau hanya dijadikan penghias demokrasi, demo lagi. Demo asal jangan anarkis. Tidak juga indahkan, turunkan secara konstitusi. Jangan dipilih lagi bersama seluruh antek-anteknya. Biar tahu rasa kembali jadi orang biasa, tanpa power. Bukankah begitu wak? Jokowi tidak turunkan?

Untuk menurunkan Jokowi paling afdol, tunggu masanya berakhir tahun depan. Tanpa didemo pun turun sendiri. Sabar. Kalau dipaksa turun, ditarik-tarik, nanti celananya melorot, eh salah nanti pengikutnya ngamuk. Massanya bisa berkali-kali lipat dari itu. Bila yang satu nurunkan, satunya mempertahankan, muncul adu kuat. Ujungnya ribut sesama anak bangsa. Rakyatlah menanggung kerugian dari keributan. Moga tidak terjadi. Ada baiknya adu ngopi sajalah, sama-sama asyik.

Jokowi malah naik. Maksudnya, di saat buruh demo, Jokowi ngajak seniman, artis naik LRT. Di dalam gerbong Pakde ketawa-ketiwi dengan para artis. Indah bangat pemandangannya. Presiden yang suka berkemeja putih itu ingin memperlihatkan dan merasakan karya anak bangsa LRT. Bangga dong. Putra-putri terbaik bangsa sendiri sudah bisa membuat kereta api ringan khusus dalam kota itu.

Untuk esok, apakah Jokowi mau naik apa lagi. Biasanya naik pesawat kepresidenan ke daerah melihat pembangunan proyek besarnya. Selain itu bertemu dengan warga.

Kalaupun masih ada demo, Jokowi tetap bekerja. Karena, ia selalu kangen didemo. Satu catatan pentingnya, jangan anarkis atau makar. Menurunkan pemimpin negara secara non konstitusi, tak boleh wak.

Demikian saja. Agak ngantuk nulisnya, maklum abis perjalanan jauh dari Bengkayang ke Pontianak.

camanewak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *