BPJS Gratis dan Marketing Politik

Oleh: Rosadi Jamani (Dosen UNU Kalbar)

Orang kita paling demen yang namanya gratis. Suka yang gratisan. Psikologi ini dimanfaatkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Marketing politiknya, BPJS Kesehatan Gratis. Kampanye ini mulai massif. Saya pun jadi tertarik untuk menulisnya. BPJS Gratis.

Jadi ingat kisah PKS pada Pemilu 2019 lalu. Marketing politiknya, pajak sepeda motor gratis dan SIM seumur hidup. Massif juga. Hasilnya, PKS meraih 11,49 juta suara atau 8,12 persen di Senayan, melonjak 3,04 juta suara atau naik 36 persen dari Pemilu sebelumnya. Kerenkan, gara-gara yang gratis itu.

Sepertinya partai yang diketuai Giring Ganesa itu ingin meniru gaya PKS. Mumpung yang lain lagi mikir tema marketing politiknya, PKS keluarkan jurus BPJS Gratis.

Apakah bisa? Namanya juga mau dipilih, pasti ada argumentasi. PSI ingin mewujudkan amanat UUD45 pasal 28 ayat 1 soal kesejahteraan rakyat. Hitungannya, bila seluruh rakyat di-BPJS-kan hanya 110 triliun. Kecil itu mah. Sekarang peserta BPJS 248,71 juta. Itu baru 60 persen dengan didapat 62,5 triliun. PSI ingin mengubah BPJS dari model iuran menjadi pajak. Pemerintah menanggung semua BPJS. Kedengarannya asyik ya. La iyalah, wong gratis. Perusahaan, kantor, lembaga tak perlu lagi mikirkan BPJS karyawannya, udah ditanggung pemerintah.

Apa sih motivasi PSI usung BPJS Gratis? Pastilah ingin jadi penghuni Senayan. Macam PKS juga. Pada Pemilu lalu, PSI hanya meraih 1,8 persen. Wajar, karena pemula. Beda dengan PKS pemain lama. Untuk bisa masuk Senayan, PSI harus meraih 4 persen. Untuk mencapainya perlu mutar otak. Selain kerja keras, perlu marketing politik yang jitu. Dipilihlah BPJS Gratis. Seperti apa nanti hasilnya, kita tunggulah wak.

Setiap partai selayaknya ada produk yang dijual. Produk itu harus rasional, bukan ngayal. Lalu, bagaimana dengan parpol lain. Pasti ada dong. Contoh PKB, marketing politiknya Desa 5M, setiap desa dikasih dana 5 miliar. Dari 1 miliar naik jadi 5 miliar. Desa mana yang tak mau dikasih APBN segede itu. Apalagi desa merupakan lumbung suara.
Perindo dengan gerobak PKL-nya. Gelora mau hapuskan korupsi. Partai Ummat mau hapuskan kezaliman dan tegakkan keadilan. Partai Buruh ingin upah yang layak. Itu yang saya ingat. Partai lain pasti punya produk juga untuk dipasarkan di kampanye nanti. Soal nanti terealisasi atau tidak, urusan nanti. Yang penting berjuang dapatkan suara dulu.

Bagi saya fine-fine sajalah, sepanjang untuk kepentingan rakyat. Dulu banyak usung sekolah gratis, macam tak masuk akal. Sekarang, sekolah gratis benaran. Banyak sudah digratiskan. Ada pupuk gratis, bibit gratis, obat gratis, sampai nikah pun gratis di KUA. Bila perlu makan rakyat digratiskan juga, biar tak ribut urusan perut, hahaha. Ngopi juga gratis…hahaha…ngayal…!#camanewak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *