Oleh: Rosadi Jamani (Pengamat Politik UNU Kalbar)
Dua hari terakhir ini, politik semakin memanas. Maklum dekat Pemilu dan Pilpres. Ada empat peristiwa yang menyedot perhatian publik. Pertama, habis melantik Menkominfo, Jokowi memanggil Surya Paloh ke istana. Sementara Nasdem baru saja gelar apel siaga di GBK. Padahal Jokowi dan SP lagi marahan. Ini udah saya bahas sebelumnya.
Kedua, Jokowi ngajak makan Prabowo dan Erick Thohir. Mereka satu meja. Ngajak makan ini jurus lama Pakde. Dulu bila ada warga marah-marah untuk mendamaikannya, diajak makan dulu. Kenyangkan dulu perutnya, barulah diajak ngomong. “Ada apa toh, ngomong!” Biasanya masalah selesai. Nah, Prabowo dan bos Erick diajak makan, pasti ada masalah yang mau diselesaikan. Dengan makan masalah terselesaikan. Gitu ya…!
Ketiga, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dipanggil Kejagung kasus dugaan korupsi minyak goreng. Ia mangkir. Info dari Kejagung, Senin ini dipanggil lagi. Di sisi lain, Ketum Golkar ini tengah digoreng, eh salah digoyang kadernya sendiri dan mulai ada teriak Munaslub. Sayup-sayup terdengar mulai ada sodorkan nama opung Luhut. Hus…hanya rumor.
Keempat, tak kalah panas. Tak ada angin dan hujan, politisi PDIP Budiman Sudjamitko bertemu Prabowo. Katanya sih, diskusi dan tukar pikiran saja. Belum ada keterangan apakah dukung Prabowo lalu out dari PDIP. Tak tahulah di belakang itu. Budiman sendiri dikenal politisi paling idealis. Belum ada keterangan PDIP soal kadernya ketemu pentolan Gerindra ini.
Nah, gimana guys. Politik memang begitu. Jangan cepat menilai apalagi sampai memutuskan. Dinamika politik itu hitungan menit bisa berubah. Pagi tempe, sore tahu. Sudah biasa itu mah. Pandai-pandai menelaah. Kita ini hanya penonton, bukan pemain. Walau penonton, kita juga penentu. Apa jadinya pemain kalau tak ada penonton. Politik itu selalu panas sekaligus mengasyikkan melihat para pemainnya berakrobatik ria. #camanewak