LGBT dan Surrogate Mother

Oleh: Rosadi Jamani (Dosen UNU Kalbar)

Batangan sama batangan nikah, lalu dapat anak. Pasangan sesama jenis, lelaki disebut gay, perempuan disebut lesbian, lalu menikah dan punya anak. Camane ceritenye wak?

Dunia dihebohkan pasangan gay, Ricky Martin bercerai dengan suaminya, Jwan Yosef. Penyanyi top dunia, pelantun “Livin La Vida Loca” ini gugat cerai karena sudah tak akur lagi dengan pasangannya yang berdarah Suriah itu. Proses cerai tinggal soal hak asuh dua anaknya.

Pasangan sama-sama batangan ini dikarunia dua anak. Lucia berusia 4 tahun dan Renn usia 3 tahun.

Gimana pula sama-sama batangan bisa punya anak. Dari mana keluarnya tu anak, Bang? Rokok Surya tadi sudah abang belikan ya. Sekarang, duduk yang benar. Dengarkan penjelasan abang. Ricky Martin dan suaminya, memang sejenis. Sama-sama batangan. Ditakdirkan tidak punya rahim. Ditakdirkan bukan untuk mengandung dan melahirkan anak. Benar, dan itu tidak salah. Apalagi rahim wanitalah yang ditakdirkan untuk mengandung sampai melahirkan anak.

Nah, dua anaknya itu siapa yang ngandung. Tak sabar aku ni, Bang? Si Ricky yang lagunya viral saat Piala Dunia itu memang “icak-icak” (seolah-olah) jadi istrinya si Josef. Ia mestinya mengandung. Kenyataannya bukan begitu. Ricky tetaplah laki-laki dan tak mungkin juga hamil. Ada istilah surrogate mother atau suragasi. Kalau diartikan, rahim ibu pengganti.

Wah, baru dengar saya istilah itu, Bang? Makanya, dengarkan baik-baik agar tak gagal paham. Istilah surrogate mother sudah lama ada di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa. Istilah ini biasa disebut sebagai ‘ibu pengganti’ merupakan istilah yang merujuk pada wanita lain yang meminjamkan rahimnya untuk membantu pasangan mendapatkan keturunan.

Ibu pengganti akan mengandung melalui proses inseminasi buatan dengan bantuan sperma sang ayah. Selain itu, ia juga bisa mengandung dengan menaruh sel telur dari ibu kandung dan sperma sang ayah ke rahimnya. Proses ini dikenal sebagai ‘fertilisasi in vitro’ (IVF).

Setelah mengandung, ibu pengganti akan membawa bayi di rahimnya hingga lahir. Melansir WebMD, tak ada ikatan genetik dari sang ibu pengganti dengan sang bayi karena sel telur yang digunakan bukanlah miliknya. Sampai di sini paham ndak ente tu?

Mulai paham, Bang. Jadi si Ricky dan Josef mencari wanita yang bisa dibuahi menggunakan sperma mereka. Gitu ya, Bang? Benar. Karena keduanya batangan, punya sperma. Mereka cari wanita subur untuk dibuahi. Hasilnya, lahirlah Lucia dan Renn. Oleh negaranya, Lucia dan Renn resmi diakui sebagai anak kandung pasangan gay ini. Wanita yang mengandung tak dianggap sebagai ibu dua anak itu. Ibu kandungnya si Ricky itu.

Untuk menjadi wanita pengganti itu, syaratnya tidak mudah. Banyak persyaratan harus diteken. Salah satunya, habis brojol di jabang bayi, wajib diserahkan ke pasangan gay itu. Habis itu, tak ada lagi ikatan. Tentu banyak biaya harus ditanggung. Bagi Ricky, sebagai diva top, tak masalah soal biaya.

Kasihan wanita pengganti itu. Rahimnya hanya ditumpangi, lalu melahirkan, bayi diambil, dan tidak diakui sebagai ibu kandung? Ya, begitulah negara yang melegalkan pernikahan sejenis yang lagi marak saat ini. Membolehkan surrogate mother dan legal. Sementara di Indonesia, belum dilegalkan. Pengikut LGBT saja diuber-uber, diharam-haramin, apalagi ada istilah wanita pengganti ini. MUI pasti mengharamkannya.

Oh, baru paham ana, Bang. Pantasan banyak negara melegalkan LGBT nikah. Soal anak pun tak masalah, ada surrogate mother ini. Tapi, janganlah di Indonesia macam itu, Bang? Maunya kita juga begitu. Tapi, orang LGBT juga sebuah keniscayaan. Mau dilarang macam apapun, LGBT tetap ada. Cuma, negara kita melarang pernikahan sejenis. Jadi, karena LGBT pun dilarang, praktik surrogate mother pun tak ada. Kalaupun ada, pasti tersembunyi.

Makin maju dunia, selalu ada hal baru muncul. Tidak bisa dicegah apalagi dihentikan. Begitulah dunia berkembang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *