Aswaja News – Agus Muhammad Iqdam berceritakan keutamaan berkhidmah di NU. Hal ini ia sampaikan dalam peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-89 Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Blitar bersama Habib Ja’far bin Utsman Al Jufri, Wakil Ketua Majelis Dzikir dan Sholawat (MDS) Rijalul Ansor Kabupaten Blitar ini mengungkapkan berang tetap berkhidmat di NU meski sudah disibukkan dengan kegiatan berdakwah.
Bahkan Gus Iqdam sudah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Dasar (Diklatsar) Barisan Ansor Serbaguna (Banser). “Sebab saya ingin diakui menjadi santrinya Mbah Hasyim Asy’ari. Beliau merupakan waliyullah yang luar biasa. Jangankan Mbah Hasyim, cucunya KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur saja luar biasa,” jelasnya. Pengasuh Majelis Sabilu Taubah, Pondok Pesantren Mambaul Hikam II, Desa Karanggayam, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar ini menjelaskan kiprah Gus Dur yang merupakan satu-satunya presiden Indonesia dari kalangan santri.
Bahkan ketika Gus Dur meninggal pun masih menebar kebermanfaatan untuk umat. Maka tidak diragukan lagi bagaimana berkahnya khidmah di NU. “Oleh karena itu, berkhidmat di NU sudah jelas, muassisnya luar biasa dan jelas sanad keilmuannya,” terangnya. Pendakwah yang menjadi idola kaum milenial ini juga menerangkan, semua orang pasti ingin hidupnya diakhiri dengan husnul khotimah, dan itu perlu iman yang istiqamah.
Berkhidmat di NU, melalui GP Ansor dan Fatayat NU merupakan salah satu cara untuk menjaga ketahanan iman. “Sebab, berkhidmah akan menjadi benteng agar kita tidak melakukan hal yang buruk. Misal ketika ingin berbuat buruk, ingat para muassis karena kita membawa marwah dan nama baik organisasi,” katanya. Gus Iqdam berpesan agar senantiasa menyibukkan diri dengan kebaikan, salah satunya dengan berkhidmat di NU. Sebab bila sudah disibukkan dengan kebaikan maka akan sempit untuk melakukan keburukan.
Seperti yang disampaikan Ibnu Qoyyim Al-Jauziah, ”jika dirimu tidak disibukkan dengan perkara yang haq, maka kamu akan disibukkan dengan perkara yang batil,” tegasnya.(Nda)