Aswaja News – Rifqil Muslim Suyuthi, yang biasanya dipanggil Gus rifqil yang lahir 8 Agustus 1987 istrinya bernama Ning Imaz Fatimatuz Zahro, beliau pendidikan tingkat S2 Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang itu berpesan bahwa: santri yang luar biasa adalah yang dapat mengembangkan ilmunya dan bermanfaat di luar pondok, sekaligus mengalirkan hobinya. Hal itu yang disampaikan oleh Gus Rifqil Muslim Suyuthi di salah satu acara TV9 bernama Dunia Santri.
Ceramah Gus Muwafiq Pria yang biasa dipanggil Gus Rifqil ini menjelaskan bahwa tidak hanya belajar tentang agama Islam, namun kecakapan lain juga harus dikuasai. “Untuk menambah kelengkapan dari santri ini, maka harus cakap dengan yang
Gus Rifqil juga bercerita tentang memiliki minat lain selain ngaji, seperti di bidang olahraga dan seni. Walaupun tidak terlalu ditekuni, ia masih bisa menjadi atlet gagal atau musisi gagal. “Akhirnya saya explore. Pokoknya penyaluran hobi. Kalaupun saya menjadi atlet, ya atlet gagal atau musisi gagal,” candanya.
Pengasuh Pesantren Manba’ul Hikmah Kaliwungu ini menekankan penyaluran bakat itu penting karena menandakan bahwa santri tidak hanya ngaji saja. “Tapi minimal penyaluran bakat dan tersalurkan. Ini menandakan bahwa santri itu enggak cuma bisa ngaji aja kok. Kita bisa lain-lain,” tegasnya. Ia pun menyampaikan dawai Gus Dur berbunyi santri sukses adalah santri yang bermanfaat untuk umat. “Sesuai dawai Gus Dur. Tolok ukur kesuksesan santri itu bukan ketika di pondok tapi ketika sudah di rumah, bermanfaat untuk umat,” jelasnya.
Alumnus Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang juga menambahkan bahwa slogan ‘iso opo wae, opo wae iso’ harus ditanamkan oleh para santri agar tidak hanya bisa ngaji tapi bisa hal yang lain. “Iso opo wae berarti santri harus bisa apa saja. Opo wae iso, juga apapun harus bisa. Agar apa? Agar menjadi santri itu tidak cuma bisa ngaji tapi juga bisa yang lainnya,” tandasnya.(Nda)
