Melihat Peradaban Pesantren Tawangsari

Oleh: RM Luthfi Ghozali

Peradaban pesantren Tawangsari Taman Sidoarjo merupakan salah satu bukti Sidoarjo adalah mercusuar peradaban keilmuan ulama di era muassis Nahdlatul Ulama.

Beberapa hari lalu diminta oleh Lesbumi MWCNU Taman untuk bercerita bagaimana peradaban pesantren Tawangsari di Sepanjang Taman Sidoarjo.

Saya niatkan kehadiran saya pada acara tersebut tabarrukan kepada keluarga guru saya. Karena dulu di Tambakberas saya nyantri kepada Yai Sholeh Abdul Hamid, abah beliau bernama Kyai Abdul Hamid Chasbullah selain merupakan keluarga Tawangsari juga pernah menikah dengan keluarga dari sini. KH. Abdul Hamid Chasbullah pernah menikah dengan Nyai Shalihah Tawangsari dan dikaruniai satu anak yang bernama Abdul Hamid. Sayang, istri dan putra Mbah Hamid yang berasal dari Tawangsari meninggal, jadi berhenti jalur keturunan dari sini.

Saya mengatakan, Tawangsari tidak bisa dilepaskan dengan sejarah Nahdlatul Ulama: pertama, karena tokoh-tokoh besar pendiri NU sebutlah KH. Abdul Wahab Chasbullah, Nyai Khadijah Bisri Syansuri dan KH. Abdul Hamid Chasbullah merupakan putra Tawangsari, karena ibu beliau yang bernama Nyai Latifah berasal dari tempat ini, Tawangsari.

Kedua, sebelum PCNU kabupaten Sidoarjo yang berdiri tahun 1943, PCNU Sepanjang termasuk cabang NU awal yang sudah berdiri tahun 1927 M.

Ketiga, pesantren sepuh seperti Siwalan Panji dan Sono masih berhubungan keluarga dengan pesantren Tawangsari lewat jalur pernikahan.

Hingga sekarang peradaban keilmuan pesantren Tawangsari masih eksis, menjadi salah satu lembaga pendidikan terbanyak siswanya di kecamatan Taman. Selain nama pondok Panji dan Sono, ternyata Sidoarjo masih menyimpan banyak pesantren yang usianya di atas satu abad.

Mugi-mugi bermanfaat.

Dumateng sedoyo masyayikh Tawangsari lan Sidoarjo wa ushulihim wa furuihim lahumul fatihah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *