Lawang Sewu, Ikon Sejarah Berarsitektur Kolonial yang Jadi Magnet Wisata Kota Semarang

AswajaNews – Terletak di jantung Kota Semarang, tepatnya di Jalan Pemuda, bangunan tua bergaya arsitektur kolonial Belanda yang dikenal dengan nama Lawang Sewu terus menjadi magnet wisata yang tak pernah kehilangan pesonanya.

Dikenal luas sebagai landmark Kota Semarang, Lawang Sewu bukan sekadar bangunan cagar budaya yang megah, tetapi juga menyimpan kisah panjang sejarah transportasi Indonesia dan menjadi saksi bisu berbagai fase penting perjalanan bangsa ini.

Didirikan pada tahun 1904 dan selesai pada 1907, Lawang Sewu awalnya dibangun sebagai kantor pusat dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda. Nama “Lawang Sewu”, yang berarti seribu pintu, diberikan oleh masyarakat karena jumlah pintu dan jendela pada bangunan ini sangat banyak.

Meskipun jumlah pintu aslinya tidak sampai seribu yakni 928 pintu dan jendela, namun kesan seolah tak berujung itulah yang membuat bangunan ini begitu unik dan ikonik. Setelah Indonesia merdeka, bangunan ini kemudian digunakan sebagai kantor Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (kini PT KAI), dan pada tahun 2005, Lawang Sewu resmi dibuka untuk umum sebagai destinasi wisata sejarah dan edukasi.

Kini, ribuan wisatawan dari berbagai penjuru datang untuk menyaksikan kemegahan arsitektur Lawang Sewu yang mengagumkan. Tiket masuk ke kawasan ini tergolong sangat terjangkau, mulai dari Rp10.000 untuk pelajar dan anak-anak, Rp20.000 untuk dewasa, hingga Rp30.000 untuk wisatawan mancanegara.

Bangunan ini buka setiap hari, dari pukul 08.00 hingga 20.00 WIB, memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk menjelajahi area yang luas dan penuh cerita. Daya tarik utama Lawang Sewu terletak pada keunikan arsitektur khas Belanda dengan bentuk bangunan utama menyerupai huruf U.

Salah satu keistimewaan struktur ini adalah penggunaan bahan bangunan bligor campuran pasir, kapur, dan bata merah tanpa semen atau besi. Teknik konstruksi ini menjadikan dinding Lawang Sewu kokoh dan tahan lama, sekaligus membuat suhu di dalam ruangan tetap sejuk alami. Atapnya pun unik, tersusun melengkung setengah lingkaran untuk mengurangi tekanan dan memberikan stabilitas ekstra.

Selain sebagai tempat wisata sejarah, Lawang Sewu kini menjadi rumah bagi museum kereta api yang sangat informatif. Di lantai satu, pengunjung dapat menemukan diorama yang menceritakan sejarah perkeretaapian Indonesia, termasuk peta-peta rute kereta zaman kolonial, foto-foto lawas, dan berbagai benda bersejarah.

Lantai dua digunakan sebagai kantor Divisi Heritage dan Arsitektur milik PT KAI yang juga membuka kesempatan bagi publik untuk belajar lebih banyak mengenai pelestarian bangunan tua.

Salah satu spot paling populer untuk berfoto adalah kaca patri atau mozaik berukuran 9 meter yang berada di ruang utama. Kaca ini tidak hanya cantik, tetapi juga sarat makna.

Namun, salah satu bagian Lawang Sewu yang paling memikat sekaligus paling menyeramkan bagi sebagian pengunjung adalah ruang bawah tanahnya. Awalnya dirancang sebagai saluran drainase, ruang ini pada masa pendudukan Jepang berubah fungsi menjadi penjara bawah tanah.

Struktur ruangan yang lembap, gelap, dan memiliki langit-langit rendah ini memunculkan kesan misterius yang menambah daya tarik wisata sejarah di tempat ini. Banyak cerita beredar tentang suasana mencekam yang dirasakan pengunjung saat menjelajah ruang ini, menjadikannya bagian dari Lawang Sewu yang paling dikenang.

Lokasinya yang berada di pusat kota Semarang menjadikan Lawang Sewu mudah diakses oleh wisatawan. Bangunan ini berdiri berdampingan dengan Gereja Katedral Belanda, Museum Mandala Bhakti, dan Wisma Perdamaian, serta tidak jauh dari Tugu Muda yang bersejarah. Kawasan ini seolah menjadi pusat konsentrasi sejarah dan budaya yang patut dijelajahi dalam satu perjalanan wisata.

Lawang Sewu merupakan tempat yang menyimpan narasi sejarah panjang tentang peradaban, perjuangan, dan arsitektur Indonesia. Dengan terus meningkatnya kunjungan wisatawan setiap tahun, Lawang Sewu membuktikan dirinya sebagai landmark yang tak lekang oleh waktu.*** (Fauza)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *