AswajaNews – Nganjuk, sebuah kabupaten di Jawa Timur yang dikenal sebagai “Kota Angin”, ternyata tak hanya menyimpan keindahan alam dan budaya, tapi juga kuliner khas yang menggoda selera.
Salah satu sajian sederhana namun kaya rasa yang terus bertahan dari waktu ke waktu adalah krupuk pecel. Meski terdengar sederhana, kuliner ini menyimpan filosofi dan rasa yang membuat siapa pun ingin kembali mencicipinya.
Krupuk pecel bukanlah sembarang makanan ringan. Di Nganjuk, sajian ini menjadi bagian penting dari keseharian masyarakat, terutama di wilayah pedesaan. Menariknya, makanan ini tidak menyajikan nasi seperti pada umumnya, melainkan memadukan kerupuk renyah dengan sayuran rebus segar yang kemudian disiram dengan sambal pecel khas Nganjuk.
Sambalnya sendiri terbuat dari kacang tanah, namun cita rasa yang dihasilkan memiliki kekhasan tersendiri berkat penggunaan bumbu lokal yang diwariskan turun-temurun.
Salah satu keunikan dari krupuk pecel Nganjuk terletak pada tekstur dan sensasi makanannya. Kerupuk yang digunakan bukan hanya menjadi pelengkap, tapi menjadi elemen utama dalam hidangan ini.
Ketika krupuk yang renyah bersatu dengan sambal pecel yang gurih dan pedas serta sayuran rebus yang masih segar, tercipta harmoni rasa dan tekstur yang memikat lidah. Kombinasi ini membuat banyak orang ketagihan, terutama karena rasa sambal yang lebih lekoh dan tajam dibanding pecel dari daerah lain.
Salah satu daya tarik lain dari krupuk pecel adalah pelengkapnya yang tak kalah menggoda. Biasanya, sajian ini dihidangkan bersama beragam gorengan hangat seperti pia-pia (bakwan), tahu isi, tempe goreng, hingga bakso goreng.
Kehadiran gorengan ini menambah tekstur renyah dan kenikmatan yang khas saat disantap bersama sambal pecel dan krupuk yang sudah menyatu. Tak jarang, pengunjung warung pecel justru datang karena kerinduan mereka akan kombinasi ini, perpaduan sederhana antara gurih, pedas, renyah, dan hangat yang tidak mudah ditemukan di kuliner lain.
Krupuk pecel biasanya dijual dengan harga yang sangat ramah di kantong. Satu porsi lengkap dengan sambal pecel dan sayur bisa dinikmati dengan hanya Rp5.000 saja. Bahkan, jika ditambah gorengan, total harga tetap terjangkau, membuat sajian ini menjadi menu favorit.
Tak heran jika krupuk pecel menjadi primadona di warung-warung kecil maupun pasar tradisional yang tersebar di pelosok Nganjuk. Banyak masyarakat lokal yang menjadikannya sebagai menu sarapan, bahkan wisatawan yang melintas pun sering menjadikannya oleh-oleh atau pilihan makan ringan yang mengesankan.
Di tengah tren makanan modern dan gaya hidup cepat saji, krupuk pecel tetap eksis dan bahkan mulai kembali dilirik oleh generasi muda. Beberapa komunitas kuliner lokal bahkan mulai mengangkat kembali eksistensinya melalui festival makanan tradisional, media sosial, hingga dijual dalam bentuk kemasan siap santap yang bisa dinikmati kapan saja.
Dengan bahan-bahan lokal yang mudah didapat, harga terjangkau, dan rasa yang otentik, krupuk pecel bukan sekadar makanan, tapi juga warisan budaya yang mencerminkan identitas kuliner masyarakat Nganjuk. Di balik kesederhanaannya, tersimpan nilai gotong-royong, kearifan lokal, dan kecintaan pada cita rasa Nusantara yang patut dilestarikan.
Sebagai bagian dari kekayaan kuliner daerah, krupuk pecel Nganjuk tidak hanya layak dicicipi, tapi juga diperkenalkan lebih luas ke kancah nasional, bahkan internasional. Karena dari setiap gigitan kerupuk yang renyah dan guyuran sambal pecel yang penuh rasa, terselip cerita tentang tradisi, keluarga, dan kampung halaman yang tidak pernah pudar. (Fauza)
Krupuk Pecel Nganjuk: Cita Rasa Tradisional yang Bertahan di Tengah Arus Modernisasi Kuliner
