Ketika Komunitas Literasi, Pemerintah Desa, Sarjana NU, dan Akademisi Bersinergi

AswajaNews – Malam di Aula Balai Desa Sampung, lantai dua, tak seperti biasanya. Kursi berjejer rapi, spanduk bertuliskan “Ngangsu Kaweruh Kepenulisan” tergantung di dinding, dan sekelompok anak muda tampak sibuk menyambut tamu dan mempersiapkan kegiatan.

Pada Kamis – Jumat malam (29-30/05/2025), Komunitas Literasi dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Ruang Desa kembali menghadirkan semangat baru lewat pelatihan kepenulisan bertema “Berkarya dengan Kata, Berdaya untuk Desa.”

Kegiatan yang berlangsung dua malam ini tidak sekadar membahas teori menulis. Merupakan ajakan nyata. untuk memaknai desa, menyelami sejarah, budaya, dan potensi sosial-ekonomi Desa Sampung, lalu menuliskannya. Sebab bagi mereka, kata bukan hanya susunan huruf, tetapi jalan untuk membangun peradaban.

Samsul Hadi (25), Ketua Komunitas Literasi dan TBM Ruang Desa, membuka acara dengan sambutan penuh rasa syukur. Dalam pidatonya, ia menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah mendukung kegiatan ini.

“Terima kasih kepada seluruh pihak yang mendukung dan bekerjasama dalam mensukseskan kegiatan ini – khususnya Pemerintah Desa Sampung (Pemdes Sampung), Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PAC ISNU Sampung), Universitas Terbuka Uyun Al-Hikam (UT Uyun Al-Hikam). Juga Serambi Bedoyo sebagai suport, serta media partner Sampung Keren dan Kabar Sampung,” ujar Samsul.

Ia menambahkan bahwa tema “Berkarya dengan Kata, Berdaya untuk Desa” dipilih karena menulis tidak boleh dipisahkan dari ruang tumbuhnya.

“Kami ingin agar generasi muda bisa menulis, tetapi juga menulis tentang apa yang ada di sekitar desa ini. Baik budayanya, ekonominya, manusianya, sejarahnya,” lanjutnya.

Pak Kardi, Pembina Komunitas Ruang Desa yang juga mewakili Pemerintah Desa Sampung, turut hadir dan menyampaikan kebanggaannya. Ia menyampaikan kehadiran komunitas ini sebagai langkah positif anak muda untuk berkontribusi di desa.

“Saya sangat mengapresiasi kegiatan semacam ini. Komunitas Ruang Desa, yang berada di bawah naungan Karang Taruna Kalimasada, menjadi contoh baik bagi pemuda-pemudi lainnya. Harus terus dirawat dan dikembangkan,” ungkapnya.

Senada dengan itu, Pak Dwi, Ketua Karang Taruna Kalimasada Desa Sampung, menyatakan dukungan penuh terhadap kegiatan literasi ini. Ia melihat kegiatan ini bukan sekadar pelatihan, tetapi ruang kaderisasi generasi muda yang peduli pendidikan.

“Karang Taruna butuh regenerasi tahun ini. Saya berharap, ke depan, para pengurus Komunitas Ruang Desa . Ada yang meneruskan proses di Karang Taruna Kalimasada. Ini sinergi yang harus dijaga,” tegasnya.

Kegiatan ini terbagi dalam dua malam, masing-masing menghadirkan narasumber kompeten yang mampu menumbuhkan semangat peserta.

Pada malam pertama, peserta diajak menyelami dunia artikel populer bersama narasumber Bu Indah Fatma, M.H, seorang akademisi yang dikenal konsisten di bidang kepenulisan dan literasi. Dalam pemaparannya, Bu Indah menekankan bahwa menulis bukan hanya perkara teknik, tetapi ketekunan dan kerja keras.

“Hidup ini adalah tentang kerja keras, ketekunan, dan doa. Menulis juga begitu. Kalau tak dimulai, ia takkan jadi,” ucapnya dengan nada menyentuh. Moderator malam itu adalah Ardian Kusuma Wardana, seorang pegiat literasi muda yang juga anggota komunitas.

Malam kedua, giliran Miftahul Munir, wartawan, ketua LPM AL-Milah dan penulis, yang membagikan ilmu tentang jurnalisme sastrawi. Lewat contoh tulisan yang menggugah dan kisah-kisah lapangan yang menyentuh, ia membangkitkan kesadaran peserta bahwa jurnalisme bisa menjadi alat kontrol sosial.

“Menulis adalah cara untuk melawan lupa. Lewat tulisan, kita bisa menghidupkan kembali nilai-nilai yang nyaris hilang,” tuturnya. Moderator malam kedua adalah Raditya Manggala Putra, yang memandu diskusi dengan hangat dan lugas.

Tak hanya dari kalangan mahasiswa dan anggota komunitas, peserta juga berasal dari Ibu Guru MTSN 6 Ponorogo. siswa-siswi SMPN 1 Sampung dan MTsN 6 Ponorogo yang antusias menyimak dan mencatat materi.

Kegiatan “Ngangsu Kaweruh Kepenulisan” bukan sekadar pelatihan teknis. Ia adalah proses panjang membangun ekosistem literasi yang berakar dari desa. Di tengah derasnya arus digital dan rendahnya minat baca-tulis di kalangan generasi muda, komunitas seperti Ruang Desa justru hadir sebagai ruang alternatif yang membumi.

Dengan semangat kolaborasi antar unsur desa, karang taruna, dan akademisi, Komunitas Literasi dan TBM Ruang Desa menunjukkan bahwa dari ruang kecil di Desa Sampung, mimpi besar tentang pemberdayaan melalui kata-kata bisa dimulai.*** (Samsul)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *