AswajaNews – Pecinta kuliner Ponorogo pasti sudah tak asing dengan nama Mbah Kalam. Sate ayam racikannya yang melegenda kini hadir dengan sentuhan kreatif, disulap menjadi tumpeng cantik hingga hampers yang menggoda. Sate bukan hanya makanan, tapi juga hadiah berkelas.
Di sudut Jl. Niken Gandini No. 137, Ponorogo, aroma khas bumbu kacang yang gurih dan sedikit manis berpadu dengan harumnya daging ayam yang dibakar perlahan di atas bara api, seolah menjadi undangan tak tertulis bagi siapa pun yang melintas.
Di sanalah berdiri Sate Ayam Mbah Kalam, kuliner legendaris khas Ponorogo yang telah hadir sejak tahun 1990 dan terus eksis hingga hari ini, diteruskan dengan penuh cinta oleh generasi ke generasi. Keistimewaan sate ini bukan hanya soal rasa, tetapi juga cerita panjang di balik tiap tusukannyadari sejarah, rahasia bumbu turun-temurun, hingga inovasi kreatif yang membuatnya tetap relevan di tengah gempuran tren kuliner kekinian.
Sate Ayam Mbah Kalam menjadi bukti bahwa warisan rasa bisa terus berkembang tanpa kehilangan jati diri. Dikenal dengan tekstur daging ayam yang empuk dan juicy, sate ini dimarinasi dengan bumbu rahasia keluarga yang tak pernah diungkapkan secara publik, hanya diteruskan melalui tangan-tangan terpilih dalam keluarga.
Cita rasanya kaya, dengan perpaduan manis gurih yang khas sate Ponorogo, bumbu kacangnya halus, tidak encer, dan diolah secara tradisional. Sate disusun memanjang di tusukan bambu kecil. Proses pembakarannya juga dilakukan dengan penuh ketelatenan, menjadikannya memiliki aroma bakaran yang mengundang selera, tapi tetap tidak gosong atau pahit.
Daya tarik Sate Ayam Mbah Kalam tak berhenti di rasa. Kini, mengikuti kebutuhan zaman, kuliner ini juga hadir dalam bentuk yang lebih modern dan menarik. Jika dulu sate ini hanya dinikmati secara sederhana di pinggir jalan, kini telah bertransformasi menjadi tumpeng sate dan bahkan hampers versi sate yang cantik dan unik.
Inovasi ini menjawab kebutuhan masyarakat modern yang ingin memberi hantaran atau suguhan spesial dengan sentuhan lokal yang istimewa. Tumpeng sate biasanya disusun berdiri dengan hiasan pita, dengan sate sebagai ‘nasi tumpeng’-nya dan pelengkap seperti lontong, sambal kacang, dan sayuran lain sebagai penghias.
Sementara untuk hampers, sate dikemas dengan elegan dalam box cantik yang cocok untuk oleh-oleh, bingkisan syukuran, hingga saat peringatan hari besar seperti lebaran misalnya. Semua disajikan dengan tetap menjaga kualitas rasa dan tampilan yang menggoda.
Menariknya lagi, pembeli bebas menentukan jumlah sate yang ingin dibeli sesuai preferensi mereka. Fleksibilitas ini memberikan kenyamanan tersendiri, baik bagi yang ingin jajan hemat maupun yang ingin borong untuk acara besar. Pelayanan yang ramah dari pengelola pun turut menambah kenyamanan pembeli saat datang langsung ke tempat ini.
Sate Ayam Mbah Kalam bukan hanya sekadar kuliner, tetapi juga simbol keuletan dan inovasi dalam mempertahankan kekayaan rasa daerah. Dalam setiap gigitan, terasa upaya menjaga otentisitas sekaligus keberanian untuk beradaptasi dengan zaman.
Di tengah banyaknya pilihan kuliner cepat saji dan makanan viral masa kini, sate ini hadir sebagai pengingat bahwa cita rasa lokal tak pernah kehilangan tempat di hati penikmatnya. Bahkan, dengan langkah-langkah kreatif seperti menghadirkan tumpeng sate dan hampers, Sate Mbah Kalam justru semakin menguatkan posisinya sebagai kuliner khas Ponorogo yang tidak lekang oleh waktu.*** (Fauza)