Jenang Campur: Menyelami Harmoni Rasa dan Makna Filosofis di Balik Kuliner Tradisional Nusantara

AswajaNews – Sebuah sajian sederhana yang menyimpan makna mendalam tentang kebersamaan, keberagaman, dan cinta pada tanah air.

Kuliner ini menjadi cerminan harmoni budaya dan kearifan lokal yang melekat dalam kehidupan masyarakat. Tak lain dan tak bukan adalah jenang campur yang hingga kini masih banyak dinikmati oleh banyak orang.

Jenang campur telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi kuliner Nusantara. Dalam sejarahnya, makanan ini lahir dari kearifan lokal masyarakat agraris yang memanfaatkan bahan-bahan alami seperti beras, santan, dan gula aren.

Awalnya, jenang sering disajikan dalam upacara adat atau ritual keagamaan sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bumi yang melimpah. Filosofi di balik jenang campur adalah harmoni perpaduan berbagai bahan dan rasa yang melambangkan keberagaman yang saling melengkapi, sebuah nilai luhur yang erat dengan budaya Indonesia.

Di beberapa daerah, jenang digunakan sebagai simbol keberkahan dalam pernikahan, kelahiran, dan upacara syukuran. Sajian ini juga menjadi bukti cinta masyarakat Indonesia terhadap tradisi gotong royong, karena pembuatannya sering melibatkan banyak orang, terutama dalam skala besar untuk hajatan.

Bahan utama jenang campur adalah tepung beras, santan, gula merah, dan bahan pelengkap lain seperti mutiara sagu, ketan, atau pandan. Proses pembuatannya cukup sederhana tetapi memerlukan kesabaran.

Setiap jenis jenang dibuat secara terpisah, seperti jenang putih atau jenang sumsum yang terbuat dari tepung beras dan santan, hingga jenang mutiara yang menggunakan sagu mutiara yang dimasak hingga transparan. Ada juga jenang ketan hitam, yang terbuat dari bahan dasar ketan hitam yang direbus hingga empuk.

Setelah semua elemen siap, jenang disusun dalam satu mangkuk dan disiram dengan kuah manis gula merah cair atau santan kental yang harum. Biasanya jenang dengan rasa plain seperti sumsum berpadu dengan gula merah cair, sedangkan jenang dengan rasa manis berpadu dengan kuah santan. Ketika jenang digabung, bisa menggunakan salah satu diantaranya atau perpaduan keduanya.

Keunikan jenang campur terletak pada beragam jenis jenang yang berpadu dalam satu sajian, Jenang Putih atau Jenang Sumsum memiliki tekstur lembut dan gurih. Jenang Mutiara, kenyal dan manis menambahkan tekstur unik pada sajian. Jenang Ketan, memberikan rasa yang padat dan kaya.

Lembutnya jenang putih berpadu dengan kenyalnya mutiara sagu dan legitnya ketan, menciptakan pengalaman yang memanjakan lidah. Kuah gula merah yang manis dengan aroma karamel memberikan sentuhan hangat. Apakah kalian sudah siap mencicipi semangkuk jenang campur yang penuh cerita ini?*** (Fauza)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *