AswajaNews – Siapa yang bisa menolak renyahnya kulit pastel yang berpadu dengan isian gurih di dalamnya? Jajanan sederhana ini ternyata menyimpan cerita panjang dan inovasi tak terduga.
Di antara jajanan pasar yang memikat hati banyak orang, pastel menempati tempat istimewa. Sejak dulu hingga kini, pastel selalu punya cara untuk mencuri perhatian, bukan hanya karena kelezatannya, tapi juga karena cerita di baliknya.
Pastel memiliki akar sejarah yang menarik. Kudapan ini merupakan adaptasi dari empanada, makanan ringan khas Spanyol dan Portugis. Melalui jalur perdagangan dan kolonialisme, empanada diperkenalkan ke berbagai belahan dunia, termasuk Asia Tenggara.
Di Indonesia, empanada mengalami transformasi rasa dan bahan, menyesuaikan dengan lidah lokal. Hasilnya adalah pastel seperti yang kita kenal sekarang, dengan isian khas Nusantara dan bumbu rempah yang menggoda.
Isian pastel menjadi daya tarik tersendiri. Salah satu varian paling legendaris adalah campuran kentang, wortel, bihun, dan potongan telur rebus. Kombinasi ini memberikan rasa gurih yang seimbang, dengan tekstur lembut dari kentang, renyah dari wortel, serta tambahan rasa kaya dari telur rebus. Sederhana namun memuaskan, isian ini menjadi ikon pastel yang tidak lekang oleh waktu.
Salah satu elemen terpenting dari pastel adalah kulitnya. Kulit pastel yang baik harus renyah saat digigit, tetapi tidak terlalu tebal sehingga mendominasi rasa. Proses pembuatannya memerlukan keahlian khusus karena tingkat kesulitan untuk mencapai tekstur sempurna.
Adonan harus diolah dengan tepat untuk menciptakan lapisan yang lembut di dalam namun garing di luar setelah digoreng. Ketebalan kulit yang pas juga memastikan isiannya tetap menjadi bintang utama.
Lipatan pastel atau yang dikenal dengan istilah kelim adalah salah satu ciri khasnya. Lipatan ini bukan hanya estetika, tetapi juga berfungsi untuk menjaga isi pastel tetap utuh saat digoreng.
Membuat lipatan yang rapi membutuhkan keterampilan dan kesabaran, terutama jika dilakukan secara manual. Meski kini tersedia cetakan pastel untuk mempermudah proses produksi, pastel dengan lipatan manual tetap memiliki daya tarik tersendiri.
Pastel adalah kudapan yang serbaguna. Dengan ukurannya yang praktis, pastel cocok sebagai sarapan cepat di pagi hari. Selain itu, pastel juga menjadi pilihan populer untuk acara keluarga, arisan, atau bahkan sebagai teman minum teh di sore hari.
Meski klasik, pastel tidak terlepas dari inovasi. Varian modern mencakup isian yang lebih kreatif seperti tuna, daging asap, keju, bahkan cokelat. Ada pula pastel fusion yang memadukan cita rasa internasional seperti isi kimchi atau ayam teriyaki. Inovasi ini membuat pastel tetap relevan di era kuliner modern tanpa kehilangan akar tradisionalnya.
Di balik lipatan cantik dan tekstur renyahnya, pastel bukan hanya sekadar kudapan, tapi juga simbol kreativitas kuliner yang terus berkembang. Setiap gigitan pastel menghadirkan harmoni rasa yang khas, bumbu tradisional yang kaya, kulit yang lembut di dalam namun renyah di luar, semuanya seolah menyapa dengan kehangatan nostalgia.*** (Fauza)