AswajaNews – Sebagian besar masyarakat Ponorogo mungkin belum tahu apa arti dari “Serenade Langit Tembaga”
Dalam peringatan Hari Jadi Kabupaten Ponorogo ke-528, tajuk tersebut muncul dan ternyata ide titel itu datang dari Bupati Poorogo, Sugiri Sancoko.
“Serenade Langit Tembaga” tentu bukan tajuk yang asal-asalkan, melainkan serat akan makna yang mendalam.
Mengambil dari laman Kominfo Ponorogo, Sugiri Sancoko menjelaskan apa makna dari tajuk tersebut.
“Sebuah orkestra di sore hari, ketika langit sedang menyala tembaga bersamaan matahari mulai terbenam di arah barat. Sungguh pemandangan yang indah mempesona,” kata Sugiri
Artinya, “Serenade Langit Tembaga” juga mengandung makna bahwa sebentar lagi matahari akan terbenam indah dengan membawa harapan cerah karena esok pasti terbit kembali.
Perayaan “Serenade Langit Tembaga” sendiri diawali dengan pagelaran 50 Reog Obyog dan menjadi acara yang menarik serta menghibur bagi masyarakat.
Acara tersebut mendapat apresiasi dari kalangan seniman Ponorogo dengan tampilnya reog secara kolosal di Alun-alun Ponorogo.
Apalagi para para pembarong, penari jathil, dan bujangganong tampil penuh dengan semangat.
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Ponorogo Judha Slamet Sarwo Edi.
“Para seniman memberikan apresiasi kepada Pak Bupati karena telah memberikan ruang dan waktu bagi pelaku seni untuk mengekspresikan diri,” jelas Judha
Judha juga menambahkan bahwa pertunjukan reog kolosal yang digelar di Alun-Alun Ponorogo terakhir kali diselenggarakan lebih dari satu dasawarsa silam.
Kali ini, Bupati Sugiri Sancoko mengulangi pagelaran tersebut dua tahun berturut-turut bersamaan peringatan Hari Jadi Kabupaten Ponorogo.
“Karena rasa cintanya kepada budaya dan kesenian di Ponorogo, di pengujung masa jabatannya, Bupati mempersembahkan “Serenade Langit Tembaga” untuk seluruh masyarakat,” imbuh Judha.