Kodifikasi Al Qur’an Pada Masa Abu Bakar dan Ustman Bin Affan

Aswaja News – Abu Bakar adalah khalifah pertama setelah wafatnya Rasulullah, pada masanya menjabat menjadi khalifah ia dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang berkenaan dengan murtadnya orang Arab. Oleh karena itu ia segera menyiapkan pasukan untuk memerangi orang-orang murtad tersebut, peperangan ini dinamakan perang Yamamah. Peperangan ini melibatkan sejumlah besar sahabat pengafal al-Qur’an, dan pada perang ini pula 70 qurra’ dari kalangan sahabat gugur. Umar bin Khathab merasa khawatir dengan keadaan ini, sehingga beliau mengusulkan kepada Abu Bakar untuk segera mengumpulkan dan membukukan al-Qur’an karena dikhawatirkan akan musnah karena banyaknya para qurra’ yang gugur pada perang yamamah. Selain itu, Umar juga khawatir akan gugurnya para qurra’ pada peperangan di tempat-tempat lain, sehingga al-Qur’an akan musnah dan hilang. Maka setelah banyak pertimbangan Abu Bakar menyutujui usulan Umar dan segera memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan dan menuliskan kembali al-Qur’an menjadi satu mushaf yang utuh.

Zaid memulai tugas berat ini dengan bersandar pada hafalan para sahabat yang tersimpan dalam hati dan catatan yang ada pada para penulis al-Qur’an. Kemudian mushaf tersebut disimpan oleh Abu Bakar, setelah beliau wafat pada tahun tiga belas Hijriyah. Mushaf tersebut berpindah ke tangan Umar bin Khathab hingga wafat. Kemudian disimpan oleh Hafsah putri Umar. Kodifikasi al-Qur’an pada masa Umar in dinamakan jam’ul Qur’an ats-tsani atau pengumpulan al-Qur’an periode kedua.

Kodifikasi Al- Qur’an Pada Masa Ustman Bin Affan

Setelah wilayah kekuasaaan islam semakin luas dan para qurra’ tersebar di berbagi wilayah, disetiap wilayah biasanya mereka mempelajari qira’at (bacaan) kepada qari’ yang dikirimkan di wilayah tersebut. Qira’ah yang dibacakan mereka berbeda satu sama lain, jika mereka bertemu dalam medan perang atau disebuah pertemuan, mereka akan merasa heran dengan bacaan satu sama lain. Keadaan demikian tidak membendung adanya keraguan dibenak generasi baru yang tidak berjumpa dengan Rasulullah. Hal ini menimbulkan pertentangan bahkan permusuhan sampai saling mengkafirkan satu sama lain, sehingga harus segera diselesaikan karena dapat menyebabkan perpecahan antar umat muslim.

Setelah melihat betapa gentingnya keadaan saat itu, Hudzaifah bin Al-Yaman menceritakan kepada Utsman selaku khalifah pada masa itu. Dengan banyak pertimbangan Utsman dan para sahabat bersepakat untuk menyalin lembaran-lembaran yang ada di tangan Abu Bakar dan menyatukan umat islam pada satu bacaan baku. Utsman kemudian mengirim seseorang untuk mengambil lembaran-lembaran mushaf yang saat itu disimpan oleh Hafsah putri Umar. Kemudian ia memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari,  Abdullah bin Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam, lalu memerintahkan mereka untuk menyalin dan memperbanyak mushaf. Utsman juga menetapkan lahjah (dialek) Quraisy sebagai bahasa baku yang digunakan, karena al-Qur’an turun dengan lahjah Quraisy.

Setelah menyalin menjadi beberapa mushaf, Utsman mengembalikan lembaran-lembaran asli tersebut kepada Hafsah. Selajutnya Utsman megirimkan mushaf baru ke beberapa wilayah. Ada perbedaan pendapat terkait jumlah mushaf yang dikirimkan oleh Utsman, ada yang berpendapat mushaf tersebut berjumlah 4 buah mushaf, dan pendapat ini banyak disetujui oleh ulama. Ada pula yang berpendapat 5 buah mushaf, ada pula yang berpendapat 7 dan 8 buah mushaf. Mushaf Utsmani yang berjumlah 4 buah, satu diantaranya disimpan di Madinah dan mushaf ini dinamakan dengan “mushaf imam”, kemudian satu lainnya dikirim ke Syam, satu lainnya dikirim ke Kufah, dan satu lagi dikirim ke Bashrah.

Setiap mushaf yang dikirim ke berbagai wilayah negara, juga disertai dengan guru pengajar yang mengajarkan umat islam cara membaca al-Qur’an yang baik dan sesuai dengan hadits shahih dan mutawatir. Dengan selesainya pembukuan al-Qur’an, Utsman memerintahkan untuk membakar seluruh mushaf-mushaf serta manuskrip lain agar tidak ada lagi celah-celah perbedaan. (DAF)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *