AswajaNews – Pada tahun 2024, produksi tembakau di Kabupaten Ponorogo bisa dikatakan mengalami kenaikan.
Hal ini menjadikan Ponorogo sebagai salah satu daerah yang produktif sebagai penghasil cukai atau penghasil tembakau.
Tolok ukur tersebut berdasarkan bertambahnya jumlah kelompok di tahun 2024, yang awalnya hanya 70 kelompok kini menjadi 127 kelompok.
Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Ponorogo, Supriadi, mengungkapkan bahwa bertambahnya kelompok tersebut berkaitan dengan bertambahnya lahan yang dijadikan perkebunan tembakau.
“Yang awalnya hanya 70 kelompok, sekarang menjadi 127 kelompok. Penambahan ini juga dengan jumlah buruh tani tembakau yang ikut bertambah,” ungkap Supriadi.
Tolok ukur lain mengenai produktivitas tembakau di Ponorogo juga dengan bertambahnya penerima manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT).
Jika pada tahun 2023 bantuan langsung tunai (BLT) hanya menyasar 4.275 jiwa, di tahun 2024 ini bertambah menjadi 5.949 jiwa.
Berlokasi di Balai Desa Nongkodono, Kecamatan Kauman, Selasa (03/09/2024), Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko menyerahkan BLT tersebut.
Kang Giri, sapaan akrabnya, menyerahkan BLT dari DBHCHT kepada 671 penerima manfaat di Kecamatan Kauman, Jambon, dan Kecamatan Sukorejo.
BLT dengan nominal Rp. 600 ribu tersebut diberikan kepada mereka yang berprofesi sebagai buruh tani tembakau dan buruh pabrik rokok.
Bupati Ponorogo tersebut juga mengungkapkan keinginannya untuk membangun pabrik sigaret dalam sebuah sentra industri hasil tembakau (SIHT) yang bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja.
Hal ini diyakini bisa menjadi solusi untuk mengatasi problem pengangguran karena SIHT yang padat karya tersebut secara otomatis akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Saya titip pesan untuk mengutamakan pendidikan anak-anak. Suatu saat nanti akan ada anak buruh tani tembakau atau buruh pabrik rokok yang menjadi bupati atau gubernur,” ungkap Sugiri.***