Aswaja News – Dalam tradisi masyarakat Jawa dikenal istilah bersih desa. Tradisi ini telah ada turun temurun sejak jaman nenek moyang. Bersih desa dilakukan rutin pada bulan Selo (penanggalan Jawa) atau Dzulqo’dah (penanggalan Hijriyah). Lalu apa tujuannya?
Warga Kelurahan Beduri Kecamatan Ponorogo melakukan ritual bersih desa dengan mengadakan brokohan dan tahlilan di aula balai kelurahan pada Kamis (15/06) mulai jam 19.30 sampai jam 21.00. Brokohan berasal dari bahasa Arab “barokahan” yang diisi dengan ritual membaca tahlil bersama yang di pimpin oleh Modin Hartono serta makan bersama dengan nasi tumpeng komplit ingkung. Dalam pengantar doanya, Modin Hartono mengatakan bahwa tujuan melakukan bersih desa adalah untuk membersihkan desa dari hal hal buruk dan aura jahat yang ada di lingkungan Kelurahan Beduri. “Bersih desa ini tujuannya adalah membentengi seluruh masyarakat Beduri dari mara bahaya jahat yang mengancam” tambahnya.
Senada dengan yang disampaikan Mbah Modin Hartono di atas, Lurah Beduri (Sadikin, S.Sos) mengatakan bahwa bulan ini serentak seluruh masyarakat Kabupaten Ponorogo mengadakan acara bersih desa sebagai bentuk melestarikan budaya leluhur yang baik. ” Bersih desa itu merupakan ajaran leluhur yang bagus, maka harus dilestarikan. Budaya ini bertujuan menjaga desa agar tetap aman, nyaman dan tenteram terhindar dari hal hal buruk yang mengancam warga” ucapnya. Dengan demikian bersih desa sebagai simbol kepedulian warga terhadap desa tempat tinggalnya agar senantiasa dijaga dengan baik.
Hadir dalam acara tersebut seluruh ketua RT dan RW, Ketua LPMK, Babinsa dan Bhabinkamtibmas serta seluruh perangkat Kelurahan Beduri. Setelah doa bersama acara kemudian dilanjutkan dengan makan bersama nasi tumpeng yang sudah disiapkan oleh Lurah Beduri. Acara ditutup dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh Drs. Abdullah selaku tokoh masyarakat dari unsur Nahdlatul Ulama. (ags)
Mantaf.. semoga terkabul tujuan mulia dlm kehidupan, mayarakat yg guyup rukun, toto tentrem kerto rahardjo