Oleh: Rosadi Jamani (Akademisi Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Barat)
Ferdy Sambo dari hukuman mati ke penjara seumur hidup. MA dihujat. Tapi, MA juga tak bisa intervensi. Tandanya ada kekuatan lebih besar bermain di belakang itu. Di balik penjara pun Sambo masih sakti. Lupakan sejenak soal Sambo yang melunturkan kepercayaan publik terhadap hukum di negeri ini. Kali ini mau ngulik mantan Jubir FPI, Munarman. Sama-sama di penjara juga. Sambo entah di penjara mana, sementara Munarman di Lapas Kelas 2 Salemba. Sambo dipenjara gara-gara menghabisi nyawa anak buahnya. Munarwan dipenjara terbukti terlibat terorisme. Pembunuh vs Terorisme. Sambo dapat diskon hukuman. Munarman bersumpah setia pada NKRI.
Pihak Lapas menggelar acara khusus dengan nuansa merah putih. Acara khusus ini mengundang media (terbuka). Dikhususkan untuk Munarman mengucapkan sumpah ikrar setia pada NKRI. Sosok yang tak ada takutnya kalau ngomong di media ini tampil dengan kemeja putih lengan pendek. Lalu menggunakan tanjak merah putih. Dengan penuh percaya diri, jubir eks FPI ini mengucapkan sumpah. “Saya bersumpah dengan niat ikhlas pada Tuhan Yang Maha Esa Allah Subhanawata’ala, melepaskan baiat saya dari amir atau kepemimpinan kelompok atau jaringan radikal tersebut atau terorisme yang bertentangan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia” Ia bersumpah di atas kitab suci Alquran dengan disaksikan pejabat Lapas dan wartawan.
Pihak Lapas menilai, Munarman sangat koorporatif selama di sel. Juga aktif mengikuti program deradikalisasi. Puncaknya pengucapan ikrar setia NKRI. Pasca pengucapan sumpah, Munarman akan menjelma sebagai WNI cinta NKRI, tak lagi membela aksi terorisme di tanah air. Bahasa kerennya, Munarman kembali ke pangkuan ibu pertiwi.
Dulu Munarman mirip Rocky Gerung. Ngomong lantang dan cenderung kasar. Bahkan, ada lawan debatnya disiram air saat talkshow. Saat ISIS menggemparkan dunia, ia memilih ikut baiat. Di sinilah ia terjerat terorisme. Divonis bersalah dan sekarang tinggal menjalani hukuman tiga tahun penjara. Kisah putusan pengadilan dari Pengadilan Negeri delapan tahun, lalu banding jadi empat tahun. Terakhir Munarman kasasi ke MA dan dapat diskon jadi tiga tahun. Nanti ada remisi 17 Agustus, Idulfitri, apa lagi ya. Ya, ujungnya paling setahun atau dua tahun. Asal manut di Lapas, semua remisi bisa didapatkan. Begitulah gambaran hukum di negeri ini. Saat dijebloskan ke penjara publik senang. Saat proses dipenjara diikuti, banyak kecewa. Wajar apabila banyak tak takut masuk penjara. Jangan heran hampir seluruh Lapas penuh. Penjara tidak lagi menakutkan. Hukuman mati bisa jadi seumur hidup. Lantas, apakah benar penjara itu bisa menimbullan efek jera. Apakah penjara itu sesuatu yang menakutkan? Kalau saya sih masih menakutkan wak. Biasa tidur di kasur empuk, tiba-tiba tidur di ubin beralaskan tikar, berhimpitan lagi, tak bisa lagi ngelonin istri, panas, sumpek, nyamuk lagi, makan dijatah. Takut. Kalau semua orang kayak saya, takut dengan penjara, pasti kosong sel di kepolisian dan Lapas. Hari ini, nyatanya hampir seluruh Lapas dipenuhi orang bersalah dengan beragam kejahatan. Sekali lagi, apakah penjara menakutkan? Silakan jawab sendiri ya.
Munarman telah bersumpah di atas al Quran tidak mau lagi terlibat terorisme. Semoga langkah ini bisa menjadi inspirasi bagi yang lain untuk setia pada NKRI. Jangan negara lain dipuja-puji, sementara negeri sendiri dihina. Benci boleh saja pada rezim, tapi tetap setia pada NKRI. Silakan kritik rezim kalau memang bobrok. Saya juga sering kritik. Kritik itu bagian dari cinta negeri merah putih ini. Bukan mencaci-maki di ruang publik, merendahkan martabat orang. Kritik itulah yang membuat sehat demokrasi. Munarman telah setia pada NKRI, saya yakin kalian lebih cinta lagi. Merdeka…!