Aswaja News – Hari Raya Idul Adha merupakan momentum dan rutinitas dalam setiap tahun yang diperingati oleh umat muslim di seluruh penjuru dunia. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) tersebut seringkali hanya sebatas seremonial yang menjadikan kebiasaan setelah shalat Id kemudian dilanjutkan penyembelihan hewan kurban, serta pembagian daging kurban kepada seluruh warga masyarakat.
Namun ada esensi dan pelajaran lebih penting yang bisa diambil dari peristiwa Idul Adha adalah keteladanan dari Nabi Ibrahim as yakni tentang arti sebuah pengorbanan yang sesungguhnya. Sekretaris Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Krembung, Sidoarjo, M. Ridwan mengatakan, pengorbanan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as untuk menyembelih putranya Ismail adalah salah satu bukti keikhlasan dan tawakal kepada Allah SWT yang mungkin sulit di contoh oleh manusia pada umumnya.“Namun harus kita teladani minimal ketika mengorbankan apa yang kita miliki untuk kebaikan bersama dalam kehidupan bermasyarakat,” ujarnya.
Menurutnya, Nabi Ibrahim yang dulu menantikan kehadiran seorang putra yang sholeh, namun ketika sudah memiliki putra yang didambakan tersebut, kemudian mendapatkan perintah untuk menyembelih putra kesayangannya.“Nabi Ibrahim dengan ikhlas melaksanakan perintah tersebut. Itulah makna pengorbanan yang sesungguhnya,” terangnya dalam acara khutbah Jum’at di Masjid Babussalam, Dusun Awar-awar, Desa Tambakrejo, Kecamatan Krembung, Kamis (29/06/0223) pagi.
Sekretaris MWCNU 2 periode tersebut mengajak kepada seluruh jamaah agar tidak sekadar memperingati Idul Adha sebagai momentum rutinitas saja, tetapi juga ada perbaikan dan nilai kualitas tawakal kepada Allah SWT seperti halnya pengorbanan dan keikhlasan seorang hamba kepada Tuhannya yakni dengan semangat berkurban. “Jadi semakin banyak jamaah yang ikut berkurban baik secara pribadi maupun ikut arisan sapi adalah bukti bahwa keteladanan Nabi Ibrahim sudah menancap di hati jamaah dan umat,” tandasnya.(Nda)