Kemiren, Desa Wisata Osing yang Menjadi Jantung Budaya Banyuwangi

AswajaNews – Di balik gemerlap destinasi mainstream Jawa Timur, Desa Kemiren berdiri kokoh sebagai penjaga tradisi dan warisan budaya suku Osing, suku asli Banyuwangi.

Terletak di lereng Ijen, desa ini bukan sekadar tempat persinggahan wisata, melainkan ruang hidup yang memadukan kekayaan adat, inovasi digital, dan keramahan warga. Kemiren adalah wajah otentik Banyuwangi yang semakin bersinar sebagai desa wisata berkelanjutan berstandar nasional.

Desa Wisata Adat Osing Kemiren bukanlah destinasi biasa. Di sinilah denyut nadi kebudayaan Osing suku asli Banyuwangi terjaga dalam kehidupan sehari-hari. Terletak di Kecamatan Glagah, Banyuwangi, desa seluas 177 hektare ini dihuni oleh lebih dari dua ribu jiwa yang menjadikan budaya sebagai identitas sekaligus daya tarik utama. Nama “Kemiren” sendiri berasal dari banyaknya pohon kemiri yang dahulu tumbuh subur di wilayah ini, mencerminkan kedekatan warga dengan alam dan leluhur.

Tidak seperti desa wisata pada umumnya, Kemiren tampil sebagai panggung budaya hidup yang terus berkembang. Setiap sudut desa adalah cerita, dari rumah-rumah adat bergaya Osing yang masih dipertahankan, tarian Gandrung yang melegenda, hingga suara alat musik tradisional seperti angklung paglak dan irama sakral burdah. Tak hanya itu, tradisi lisan seperti mocoan lontar Yusup masih dipentaskan sebagai warisan budaya tak benda yang dirawat dengan penuh kebanggaan.

Bagi wisatawan, Kemiren menyajikan pengalaman tak terlupakan melalui berbagai atraksi budaya dan kuliner. Mulai dari pertunjukan seni, edukasi budaya, hingga menjelajah kawasan rumah adat.

Tersedia juga warung khas seperti Pesantogan Kemangi dan Pasar Kampoeng Osing yang menyajikan masakan tradisional seperti pecel pitik, serta kopi khas Kemiren bernama “Jaran Goyang” yang kini telah bersertifikat SNI. Semua ini menjadikan kunjungan ke Kemiren bukan hanya soal rekreasi, tetapi juga soal menyelami makna budaya yang sesungguhnya.

Demi mendukung kenyamanan wisatawan, desa ini juga menyediakan homestay dengan desain arsitektur Osing. Tak sekadar tempat menginap, homestay-homestay ini menyuguhkan pengalaman hidup di tengah masyarakat lokal yang ramah dan terbuka.

Fasilitas umum seperti toilet bersih di beberapa titik wisata juga menunjukkan keseriusan pengelola dalam memberikan layanan terbaik. Bahkan, Pemkab Banyuwangi rutin menggelar Festival Toilet Bersih sebagai bentuk edukasi pentingnya kebersihan sebagai budaya masyarakat.

Menariknya, Kemiren juga berhasil beradaptasi di tengah tantangan era digital dan pandemi. Desa ini telah mengintegrasikan teknologi dalam manajemen wisatanya, seperti sistem pengisian data kunjungan secara online dan publikasi video promosi.

Berkat dukungan program Smart Kampung dari Pemkab Banyuwangi, layanan publik kini terkoneksi secara digital, dilengkapi ruang publik berakses internet untuk mendukung kegiatan pariwisata. Aplikasi Banyuwangi Tourism yang tersedia di Playstore juga makin mempermudah wisatawan mengakses informasi terkait destinasi, akomodasi, transportasi, hingga jadwal festival daerah.

Festival-festival tahunan seperti Barong Ider Bumi, Tumpeng Sewu, Ngopi Sepuluh Ewu, hingga Festival Gedhogan menjadi momen spesial yang menarik ribuan wisatawan.

Festival tersebut bukan hanya pertunjukan budaya, tetapi juga medium promosi yang efektif dan mampu mengangkat citra positif desa wisata di mata publik. Lewat tema-tema lokal yang kuat, festival di Kemiren memicu rasa bangga masyarakat terhadap budayanya sendiri dan membuka jalan bagi geliat ekonomi kreatif berbasis warga.

Produk-produk lokal semakin dikenal luas, dari batik motif Osing, olahan kopi khas Kemiren, hingga makanan tradisional yang bisa dijadikan oleh-oleh. Semua dikembangkan secara serius dan berkelanjutan. Sertifikat Desa Wisata Berkelanjutan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang diraih Kemiren membuktikan komitmen warga dan pengelola dalam menjaga nilai budaya sekaligus mendorong inovasi.

Desa Wisata Adat Osing Kemiren menjadi representasi budaya yang hidup, bernapas, dan terus tumbuh seiring zaman. Dengan perpaduan kuat antara kearifan lokal dan inovasi digital, desa ini menunjukkan bahwa pelestarian tradisi bisa berjalan berdampingan dengan modernisasi.

Kemiren adalah jiwa Banyuwangi, dan setiap langkah di desa ini adalah undangan untuk mencintai Indonesia yang beragam. Jika ingin merasakan esensi budaya dalam bentuk paling tulus, maka Kemiren adalah tempat yang patut disambangi.*** (Fauza)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *