AswajaNews – Terletak jauh dari keramaian kota dan hingar-bingar destinasi wisata populer, Pantai Jolosutro di Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar adalah sebuah lanskap eksotis yang menunggu untuk ditemukan.
Berhadapan langsung dengan Samudra Hindia, pantai ini menyuguhkan kombinasi kontras yang mencengangkan, pasir hitam pekat yang luas, pepohonan cemara udang yang rindang, kolam alami dengan biota beragam, hingga gugusan batu alami berbentuk kotak-kotak yang menakjubkan. Semua keunikan ini hadir dalam satu garis pantai yang nyaris tak tersentuh tangan modern.
Alih-alih menjadi tempat wisata arus utama yang dijejali bangunan permanen dan hiruk-pikuk wisatawan, Jolosutro mempertahankan wajah liarnya, membuatnya cocok bagi mereka yang mencari ketenangan dan pengalaman menyatu dengan alam. Meskipun terik matahari siang bisa terasa menyengat karena pantulan pasir hitam yang menyerap panas, justru itulah tantangan sekaligus pesona tersendiri yang ditawarkan pantai ini.
Jika sebagian besar wisatawan hanya menyambangi bagian tengah pantai, di mana pepohonan cemara udang tersusun rapi dengan pemandangan terbuka ke laut lepas, bagian lain dari Jolosutro menyimpan cerita yang tak kalah menarik.
Di sisi timurnya, aliran sungai kecil mengalir pelan menuju laut, menciptakan muara yang menjadi habitat berbagai makhluk air saat musim hujan. Pepohonan cemara udang tumbuh lebat di sini, menawarkan keteduhan bagi para pelancong yang ingin sekadar duduk atau menggelar tikar piknik.
Sementara itu, bagian barat Pantai Jolosutro menyuguhkan pemandangan yang berbeda sama sekali. Meski cenderung gersang dan jarang dijamah wisatawan, kawasan ini memiliki daya tarik geologis berupa formasi batuan alami berbentuk kotak-kotak yang terlihat seolah dipahat oleh tangan raksasa. Tempat ini sangat potensial untuk dijadikan spot foto eksklusif atau bahan penelitian geologi, namun aksesnya yang cukup menantang membuatnya tetap menjadi surga tersembunyi.
Kegiatan mandi atau bermain air di pantai ini tidak disarankan karena ombak besar khas selatan Jawa kerap datang tanpa peringatan. Namun bagi pecinta alam bebas, Pantai Jolosutro tetap ramah untuk aktivitas seperti camping dan fotografi lanskap.
Tersedia kamar mandi dengan air tawar dan beberapa warung sederhana yang beroperasi terutama saat akhir pekan. Meski jumlah penjual makanan masih terbatas, kalian bisa menjumpai satu-dua penjaja ikan bakar atau bahkan sate gurita jika beruntung.
Dari sisi akses, Pantai Jolosutro termasuk pantai dengan jalan paling mudah di wilayah pesisir Blitar. Jalan beraspal memungkinkan kendaraan pribadi, baik roda dua maupun mobil kecil hingga elf, menjangkau langsung area pantai. Namun, bus besar belum memungkinkan masuk hingga ke lokasi karena jalur yang belum mendukung.
Bagi pengguna motor, berhenti sejenak di perbukitan sebelum tiba di pantai bisa memberikan pemandangan spektakuler dari ketinggian. Garis pantai luas dengan latar laut lepas terlihat begitu dramatis dari titik ini, salah satu sudut terbaik untuk menyambut sunrise.
Di balik keindahannya yang senyap, Pantai Jolosutro juga menjadi lokasi penting dalam tradisi budaya lokal. Setiap menjelang Hari Raya Nyepi, ribuan umat Hindu memadati kawasan ini untuk melaksanakan upacara Melasti. Momentum spiritual ini bukan hanya menciptakan pemandangan menakjubkan dari segi visual, tetapi juga menegaskan pentingnya pantai ini dalam lintasan budaya dan kepercayaan masyarakat.
Pantai Jolosutro menjadi wisata yang berdiri teguh sebagai tempat kontemplatif yang menawarkan keindahan dalam kesunyian. Bagi kalian yang penasaran dengan ciri khas pantai ini, sekarang adalah waktu yang tepat untuk berkunjung ke Blitar dan menikmati angin di Pantai Jolosutro.*** (Fauza)