AswajaNews – Jika kamu mencari tempat pelarian dari hiruk pikuk kota yang tetap menawarkan pengalaman wisata yang kaya, Gili Ketapang bisa jadi jawabannya.
Pulau kecil di Selat Madura ini bukan hanya menawarkan hamparan pasir putih dan lautan biru, tapi juga kisah masa lalu yang menarik, kehidupan bawah laut yang memukau, hingga keramahan warga lokal yang akan membuatmu betah berlama-lama.
Berjarak hanya beberapa kilometer dari Pelabuhan Tanjung Tembaga di Probolinggo, Gili Ketapang hadir sebagai alternatif wisata yang masih alami dan sangat digemari oleh wisatawan dengan mempertahankan kesederhanaannya. Di sinilah nilai lebihnya, pulau ini menawarkan keaslian yang makin langka ditemukan di tengah pariwisata massal Indonesia.
Keunggulan Gili Ketapang bukan hanya pada pemandangan alam atau keindahan bawah lautnya, tetapi pada pengalaman menyeluruh yang bisa didapatkan wisatawan. Di saat banyak tempat wisata menawarkan kemewahan dan kemudahan, Gili Ketapang mengajakmu kembali ke esensi perjalanan, menyatu dengan alam dan membuka ruang untuk berinteraksi dengan budaya lokal.
Sebagai destinasi bahari, Gili Ketapang menyuguhkan kehidupan bawah laut yang luar biasa. Snorkeling menjadi kegiatan andalan, dengan terumbu karang yang masih terjaga dan berbagai jenis ikan tropis yang berenang bebas.
Bagi yang ingin pengalaman lebih ekstrem, diving bisa menjadi pilihan. Pemandangan bawah lautnya menghadirkan sensasi tersendiri dari gerombolan ikan barakuda hingga penyu-penyu yang tenang mengayuh siripnya di antara karang.
Menariknya, daya tarik pulau ini tak berhenti di air. Di sore hari, matahari terbenam di ujung dermaga menjadi panorama yang tak boleh dilewatkan. Bagi penyuka fotografi, Gili Ketapang adalah kanvas terbuka yang menyimpan banyak sudut epik.
Wisata ini sudah dilengkapi dengan toilet umum, mushola, warung makan, dan bahkan penginapan sederhana seperti homestay dan guest house. Akses ke pulau pun tergolong mudah. Dari pusat Kota Probolinggo, cukup menuju Pelabuhan Tanjung Tembaga, lalu menyeberang menggunakan perahu nelayan selama 30–45 menit.
Wisatawan yang datang juga bisa menikmati kuliner khas lokal. Ikan bakar segar, sate lalat (sate mini berbalut bumbu kacang), hingga rujak petis menjadi sajian favorit. Harga makanannya pun ramah kantong, mulai dari Rp15.000 per porsi. Setelah kenyang, jangan lupa membeli oleh-oleh seperti kerupuk ikan, gantungan kunci dari kerang, atau terasi khas Probolinggo yang dijual di warung sekitar.
Dari sisi geografis, Gili Ketapang termasuk pulau datar dengan luas sekitar 68 hektar. Letaknya yang strategis di Selat Madura menjadikannya mudah diakses dari berbagai penjuru Jawa Timur. Iklim tropis dan air laut yang relatif tenang menjadikan periode April hingga Oktober sebagai waktu terbaik untuk berkunjung.
Gili Ketapang bukan hanya sebuah pulau kecil yang menyimpan keindahan. Ia adalah ruang yang membawa pengunjung untuk merenung, terhubung dengan alam, dan kembali pada esensi perjalanan yang otentik.
Dalam keheningan yang ditawarkannya, kita belajar bahwa wisata bukan hanya soal pemandangan, tapi juga soal pengalaman. Gili Ketapang memberi semuanya keindahan, kehangatan, dan ketulusan. Jadi, jika kamu ingin melarikan diri dari rutinitas tanpa harus pergi jauh, Gili Ketapang adalah tempat yang tepat untuk memulai kembali.**” (Fauza)