Bukan Sekadar Telaga: Rambut Monte dan Misteri Ikan Dewa yang Tak Pernah Hilang

AswajaNews – Di balik gemerlap destinasi wisata modern yang terus bermunculan, Blitar menyimpan sebuah situs budaya dan alam yang menyatukan pesona eksotis dan kisah mistis dalam satu tempat, Rambut Monte.

Dikenal lewat telaga bening berwarna biru tosca dan keberadaan ikan purba yang tak pernah bertambah atau berkurang, kawasan ini bukan sekadar tempat wisata, tapi juga jendela masa lalu yang hidup dalam kepercayaan masyarakat lokal.

Berlokasi di Desa Krisik, Kec. Gandusari, Kab. Blitar, Situs Cagar Budaya Rambut Monte menjadi destinasi unik yang memadukan keindahan alam, warisan sejarah, serta aura spiritual yang kuat. Dikenal luas karena telaga alaminya yang luar biasa jernih, tempat ini memikat para wisatawan dengan pemandangan air berwarna biru kehijauan yang nyaris menyerupai cermin raksasa di tengah hutan.

Begitu memasuki kawasan ini, pengunjung langsung disambut keteduhan pepohonan besar yang mengapit jalan setapak menuju telaga. Jalanan menurun membawa wisatawan menuju tepian air yang memukau. Dari permukaan telaga yang bening, terlihat ikan-ikan besar berwarna gelap berenang tenang, merekalah yang dikenal sebagai Ikan Dewa, hewan keramat yang dipercaya sebagai penjaga situs sejak zaman dahulu.

Tak seperti danau kebanyakan, Rambut Monte menyimpan daya tarik utama dalam bentuk mitos dan kepercayaan turun-temurun. Salah satu kisah paling terkenal adalah legenda tentang Ikan Sengkaring, sebutan lain untuk Ikan Dewa, yang konon adalah murid Mbah Monte yang dikutuk karena gagal menjalankan tugas menjaga candi.

Dalam kepercayaan warga sekitar, ikan-ikan ini tidak boleh dipancing atau disentuh. Mereka dianggap sakral dan menyimpan kekuatan gaib. Anehnya, jumlah ikan yang menghuni telaga konon tetap sama dari tahun ke tahun, tidak bertambah, tidak berkurang.

Di area yang sama, berdiri Candi Rambut Monte, sebuah peninggalan kecil yang sarat makna spiritual. Meski ukurannya tidak megah, candi ini kerap menjadi lokasi ritual kejawen oleh masyarakat sekitar.

Rambut Monte pertama kali dikenal publik sebagai tempat wisata sekitar tahun 1976 dan mulai dikelola oleh pemerintah daerah sejak 1996. Kawasan ini pun terus dirawat, meskipun tetap mempertahankan keasliannya sebagai kawasan sakral dan alami.

Daya tarik lainnya adalah keberadaan Bendungan Sumber Dandang yang terletak di belakang telaga. Di titik ini, air yang jernih mengalir lembut, menjadi lokasi bermain air bagi pengunjung, berbeda dengan telaga utama yang dikeramatkan.

Meski hanya dipungut biaya masuk sebesar Rp5.000, pengalaman yang ditawarkan Rambut Monte tidak ternilai. Keindahan visual dari air yang bening, pepohonan rindang, dan suasana tenang menyatu dengan aroma mistis yang membalut setiap sudut lokasi. Tak sedikit pengunjung yang mengaku merasakan atmosfer berbeda saat duduk diam di tepian telaga, seolah tengah berbicara dengan alam atau masa lalu yang hidup kembali.

Rambut Monte menjadi tempat melihat keindahan visual, juga diajak menyelami kisah-kisah leluhur dan kearifan lokal yang terus dijaga. Di tengah maraknya destinasi buatan yang serba modern, kehadiran situs seperti Rambut Monte adalah pengingat bahwa spiritualitas, sejarah, dan harmoni dengan alam masih menjadi bagian tak terpisahkan dari jiwa bangsa Indonesia.*** (Fauza)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *