AswajaNews – Pasar tradisional selalu menyimpan kejutan bagi para pencinta kuliner, salah satunya adalah jenang ketan ireng. Di balik tampilannya yang sederhana, jajanan ini menyimpan cita rasa autentik yang mengingatkan pada warisan kuliner tempo dulu.
Aroma manis legit langsung menyergap hidung begitu kaki melangkah ke sudut pasar tradisional. Di antara hiruk-pikuk pedagang dan pembeli, satu tujuan sudah jelas yakni berburu jenang ketan ireng atau banyak orang yang menyebutnya dengan bubur ketan hitam, kudapan khas yang semakin langka.
Perburuan jenang ketan ireng di pasar tradisional bukan sekadar perjalanan mencari sarapan, melainkan sebuah pengalaman yang penuh warna. Biasanya, para penjual sudah siap sejak pagi buta, menata dagangan mereka di gerobak atau meja sederhana. Dengan uap panas yang mengepul dari wajan besar, aroma ketan hitam yang dimasak perlahan dengan gula aren tercium begitu menggoda.
Saat pertama kali mencicipi, teksturnya yang lembut langsung menyentuh lidah. Butiran ketan hitam yang telah direbus lama hingga lembek berpadu sempurna dengan kuah santan yang gurih. Perpaduan rasa manis dari ketan bertemu dengan kelembutan serta gurihnya santan, menciptakan harmoni rasa yang sulit dilupakan.
Tidak hanya rasanya yang autentik, jenang ketan ireng juga memiliki nilai ekonomi yang ramah di kantong. Biasanya untuk satu plastik kecil pedagang bisa menjual dengan harga Rp.1000 dan bisa lebih mahal jika dengan porsi yang lebih banyak atau packaging yang lebih modern.
Dengan harga yang relatif murah, satu porsi bubur ketan hitam sudah cukup mengenyangkan untuk memulai hari. Tak heran jika banyak pengunjung pasar, mulai dari pekerja hingga mahasiswa, yang menjadikan jenang ketan ireng sebagai pilihan sarapan favorit mereka.
Menikmati jenang ketan ireng di pasar tradisional juga memberi sensasi tersendiri. Duduk di bangku sederhana, sambil menyeruput teh hangat atau kopi tubruk, sembari melihat kesibukan para pedagang dan pembeli, menghadirkan nuansa khas yang sulit didapat di tempat lain.
Di era serbacepat seperti sekarang, makanan tradisional seperti jenang ketan ireng seakan menjadi pengingat bahwa ada kenikmatan dalam hal-hal sederhana. Oleh karena itu, berburu jenang ketan ireng di pasar tradisional bukan hanya soal menikmati kuliner, tetapi juga merawat warisan rasa yang telah turun-temurun.
Jika suatu hari kalian berkesempatan berkunjung ke pasar tradisional, sempatkanlah untuk mencicipi semangkuk jenang ketan ireng, sebuah pengalaman rasa yang kaya, autentik, dan penuh nostalgia.*** (Fauza)