Mengenal Ludruk Lebih Jauh, Kesenian Teater Khas dari Jawa Timur

AswajaNews – Hingga saat ini kesenian ludruk masih terus dilestarikan di beberapa kota. Kesenian ini tumbuh dan berawal dari ekspresi para rakyat. Banyak tema dan cerita yang diangkat dari permasalahan sosial.

Dengan menggunakan bahasa lokal di dalam masyarakat, menjadikan cerita dari Ludruk akan mudah dipahami oleh para penontonnya.

Ludruk dipentaskan dengan menggunakan bahasa sehari-hari para kalangan masyarakat kelas bawah. Hal ini menyebabkan Ludruk dinilai sebagai teater rakyat.

Ludruk berasal dari kata “molo-molo” dan “gedrak-gedruk”. “molo-molo” merupakan kondisi mulut yang penuh dengan tembakau yang hendak dikeluarkan, yang menggambarkan kidung dan dialog yang dikeluarkan saat pentas dilakukan.

Sedangkan “gedrak-gedruk” merupakan kondisi kaki yang menghentak di saat menari ketika pentas sedang berlangsung.

Pada kesenian Ludruk terdapat unsur tari remo, dagelan, selingan, dan cerita atau lakon. Setiap pertunjukan Ludruk mempunyai variasinya masing-masing, dan tidak akan sama, isi dari cerita juga akan bermacam-macam.

Pada awalnya seni ini tidak ditampilkan digedung seperti saat ini, namun melainkan tinah lapang, dengan alat musik yang hanya terdiri dari Kendang dan Tanjidor.

Ludruk biasanya diperankan oleh kebanyakan laki-laki, terdiri dari beberapa puluh orang, dimulai dari sekitar pukul 9 malam hingga pagi. Pertunjukan seni ini biasanya dilakukan secara improvisasi atau dilakukan tanpa persiapan naskah.

Alat Musik dan Pakaian

Biasanya pengiring musik yang digunakan dalam Ludruk ketika Tari Remo atau Bedayan diiringi alunan dari musik gamelan berlaras slendro, laras slendro, dan juga pelog.

Kidung atau nyanyian yang ditembangkan juga selaras dengan tema pementasannya. Mulai dari Kidung Tari Ngremo, Kidung Lawak, Hingga Kidung Adegan.

Pakaian yang digunakan dalam pentas Ludruk juga tidak ada yang digunakan secara khusus, hal ini dikarenakan cerita yang dibawakan oleh para pemeran, juga hal yang lekat dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat. Busana yang dipakai dalam Ludruk hanyalah pakaian sehari-hari orang jawa.

Pertunjukan ludruk terdiri dari beberapa sesi yang berurutan, berikut akan kita bahas struktur dari pementasan Ludruk:

Tari Remo

Hal yang pertama, diawali dengan ditampilkannya Tari Remo sebagai tanda pembuka.

Bedaya

Yang kedua adalah atraksi ringan yang dilakukan oleh beberapa orang transvestite (waria) dengan melantunkan kidung jula-juli.

Dagelan

Pertunjukan yang ketiga adalah dagelan atau lawakan yang dibawakan oleh beberapa seniman sebagai penghibur. Para seniman atau pemeran di sini akan berdialog dengan materi humor yang akan membuat para penonton tertawa.

Pertunjukan Utama

Dalam sesi ini, akan dilakukan oleh beberapa pemeran yang disajikan dalam beberapa babak, di setiap babak akan diselingi dengan tembang jula-juli yang dinyanyikan oleh para transvestite.***

One thought on “Mengenal Ludruk Lebih Jauh, Kesenian Teater Khas dari Jawa Timur

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *