Aswaja News – Ponorogo adalah kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini terletak di bagian barat provinsi Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah atau lebih tepatnya 220 km arah barat daya dari ibu kota provinsi Jawa Timur, Surabaya.
Hari jadi Kabupaten Ponorogo diperingati setiap 11 Agustus, karena pada 11 Agustus 1496, Bathara Katong diwisuda/dinobatkan sebagai adipati pertama Kadipaten Ponorogo. Pada 1837, Kadipaten Ponorogo pindah dari Kota Lama ke Kota Tengah menjadi Kabupaten Ponorogo.
Kabupaten Ponorogo dikenal dengan julukan Kota Reog atau Bumi Reog karena daerah ini merupakan daerah asal dari kesenian Reog. Ponorogo juga dikenal sebagai Kota Santri karena memiliki banyak pondok pesantren. Ada sekitar 58 pesantren di Ponorogo, salah satu yang terkenal adalah Pondok Modern Darussalam Gontor yang terletak di Desa Gontor, Kecamatan Mlarak.
Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Ponorogo. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Ponorogo yang dirangkum dari berbagai sumber.
- Sejarah Nama Ponorogo
Ponorogo berasal dari dua kata yaitu pramana dan raga. Pramana berarti daya kekuatan, rahasia hidup, sementara raga berarti badan, jasmani. Kedua kata tersebut dapat ditafsirkan bahwa di balik badan manusia, tersimpan suatu rahasia hidup (wadi) berupa olah batin yang mantap dan mapan berkaitan dengan pengendalian sifat-sifat amarah, aluwamah/lawamah, shufiah dan muthmainah.
Manusia yang punya kemampuan olah batin yang mantap dan mapan akan mampu menempatkan diri di mana pun dan kapan pun berada. Namun, ada pula yang menyebutkan bahwa pana berarti melihat dan raga berarti badan, raga, atau diri. Jadi, arti Panaraga adalah “melihat diri sendiri” atau dalam kata lain disebut “wawas diri”.
Asal-usul nama Ponorogo bermula dari kesepakatan dalam musyawarah bersama Raden Bathara Katong, Kiai Mirah, Seloaji, dan Jayadipa pada hari Jumat saat bulan purnama, bertempat di tanah lapang dekat sebuah gumuk (wilayah katongan sekarang). Dalam musyawarah tersebut disepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan Pramana Raga yang akhirnya berubah menjadi Panaraga (Ponorogo).
- Reog Ponorogo
Ponorogo punya banyak kesenian daerah, salah satu yang terkenal adalah Reog atau Reyog. Seni Reog merupakan rangkaian tarian yang terdiri dari tarian pembukaan dan tarian inti dengan penari wanita maupun pria. Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi di mana seni reog ditampilkan. Misalnya, jika berhubungan dengan pernikahan, yang ditampilkan adalah adegan percintaan.
Adegan terakhir adalah singa barong, yang mana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Namun adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Di sini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan terkadang dengan penonton.
Banyak negara yang sudah mengenal dan mengakui kesenian ini. Warga dunia dibuat kagum dengan pertunjukkan Reog Ponorogo seperti di Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, Rusia, Venezuela, Suriname, Korea, Filipina dan masih banyak lagi.
- Wisata Alam
Ada banyak objek wisata alam yang terdapat di Kabupaten Ponorogo yang indah dan menarik. Salah satunya adalah Telaga Ngebel, yaitu sebuah danau alami yang terletak di Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo. Kecamatan Ngebel terletak di lereng gunung Wilis.
Lalu ada Taman Wisata Ngembag yang terletak di Kelurahan Ronowijayan Kecamatan Siman sekitar 3 km di sebelah timur dari pusat kota Ponorogo. Taman ini terdiri dari sumber air yang dilengkapi dengan taman bermain dan kolam renang anak.
Ada juga Air Terjun Pletuk atau Coban Temu, yaitu air terjun yang terletak di Dusun Kranggan, Desa Jurug, Kecamatan Sooko, Kawasan ini dikelilingi oleh perbukitan yang menjulang tinggi dan ditumbuhi sejumlah tanaman.
Selain itu ada Hutan wisata Kucur yang terletak di Kecamatan Badegan, lokasinya yang strategis, yang terletak di antara jalan Jawa Timur dan Jawa Tengah, taman ini sering menjadi tempat beristirahat oleh siapa saja yang melakukan perjalanan. Tempat wisata lainnya adalah Gunung Bayangkaki, Air Terjun Juruk Klentengm Gua Lowo, Air Terjun Toyomerto, Air Terjun Setapak, Puncak Pringgitan dan masih banyak lagi.
- Grebeg Suro
Grebeg Suro adalah acara tradisi budaya tahunan masyarakat Ponorogo dalam wujud pesta rakyat. Seni dan tradisi yang ditampilkan meliputi Festival Nasional Reog Ponorogo, Pawai Lintas Sejarah dan Kirab Pusaka, dan Larungan Risalah Doa di Telaga Ngebel. Grebeg Suro merupakan acara tahunan yang dirayakan setiap tanggal 1 Muharram (1 Suro pada kalender Jawa) atau tahun baru Islam.
Acara ini merupakan kegiatan awal dalam menyongsong Tahun Kunjungan Wisata Jawa Timur setiap tahun. Acara Grebeg Suro ini menanamkan nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung. Nilai-nilai yang diangkat di acara Grebeg Suro itu di antaranya nilai simbolik, nilai tanggung jawab, nilai keindahan, nilai moral, nilai hiburan, nilai budaya, nilai sosial, nilai ekonomi, nilai apresiasi, dan nilai religius.
- Kuliner khas Ponorogo
Ada beragam jenis makanan atau kuliner khas Ponorogo. Ada Sate Ponorogo yang dagingnya tidak dipotong menyerupai dadu seperti satai ayam pada umumnya, melainkan disayat tipis panjang menyerupai fillet. Dagingnya jadi lebih empuk, lemak pada dagingnya pun bisa disisihkan.
Selain satai, ada Pecel Ponorogo. Perbedaan Pecel Ponorogo dengan pecel di daerah lainnya adalah bumbu kacangnya kental dan pedas serta mempunyai unsur rasa yang khas dengan aroma yang kuat.
Ada juga minuman khas dari Ponorogo, yaitu Dawet Jabung yang mirip dengan es cendol. Kuah dawetnya terdiri dari santan kelapa muda yang ditambah dengan gula aren dan sedikit garam. Biasanya ditambahkan tapai ketan dan irisan buah nangka. Beberapa kuliner khas Ponorogo lainnya adalah Jenang Mirah, Gethuk Golan, dan Arak Keling.
- Wisata Religi
Di Kabupaten Ponorogo terdapat dua jenis objek wisata religi, yaitu objek wisata ziarah dan objek wisata agama. Objek wisata ziarah di antaranya adalah Makam Bathara Katong di Desa Setono, Kecamatan Jenangan dan Makam Gondoloyo di Desa Tanjungsari, Kecamatan Jenangan.
Untuk objek wisata agama di antaranya adalah Mata Air Sendang Waluyo Jati yang merupakan tempat ibadah penganut Katolik, dengan sebuah Patung Maria di Desa Klepu, Kecamatan Sooko, dan Masjid Tegalsari yang dibangun sekitar abad ke-18 oleh Kiai Ageng Muhamad Besari, berarsitektur Jawa dengan 36 tiang, serta kitab berusia 400 tahun yang ditulis Ronggo Warsito di Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis. (Mus)