Aswaja News – Mimpi besar Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Al Faqih Wringinanom, Sambit tidak hanya sekadar sebagai lembaga pendidikan. Lebih dari itu, Mimpi besarnya ingin menjadi penjaga api tradisi dan tonggak inovasi.
Mengusung semangat untuk menjaga tradisi dan mengikuti kemajuan teknologi diharapkan mampu untuk selalu menorehkan jejaknya dalam setiap kegiatan yang digelar.
Di tengah-tengah kesibukan menjelang kegiatan akhir kelas VI, MI Ma’arif Al Faqih menggelar sebuah acara yang tak hanya menarik perhatian, tetapi juga mencerminkan kesungguhan mereka dalam melestarikan budaya.
Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 3 Mei 2024, dimana para siswa kelas VI Mengadakan ujian Praktek SBDP dalam keterampilan praktis membuat tumpeng.
Tak sekadar ujian biasa, ujian praktik ini menjadi bagian penting dalam mengevaluasi pembelajaran siswa sepanjang masa pendidikan mereka di madrasah.
Namun, yang membuatnya lebih istimewa dalam ujian praktik tersebut adalah bagaimana nilai-nilai kebersamaan, manajemen waktu, kreativitas, keindahan, dan kebersihan ditanamkan dalam proses ini.
Menata tumpeng bukan hanya sekadar keterampilan teknis. Ia adalah wujud dari kecintaan pada budaya, terutama bagi masyarakat Jawa yang memiliki tumpeng sebagai salah satu ciri khasnya.
MI Ma’arif Al Faqih Wringinanom memahami bahwa melestarikan tradisi bukan berarti terpaku pada masa lalu, melainkan juga mengaitkannya dengan zaman yang terus bergerak secara dinamis.
Dengan semangat tinggi, MI Ma’arif Al Faqih Wringinanom terus berusaha menjadi tempat yang tidak hanya menghasilkan generasi cerdas, tetapi juga memelihara nilai-nilai kearifan lokal.
“Dengan begitu, mereka bukan hanya menjadi bagian dari masa kini, tetapi juga membangun landasan yang kokoh bagi masa depan yang lebih baik,” ujar Bandi, M.Pd.I. (Kepala MI Ma’arif Al Faqih).
Sementara itu, Maryati, S.Pd selaku penanggung jawab kegiatan tersebut menjelaskan bahwa terpilihnya kegiatan menata tumpeng bukan sekedar praktek biasa. Tapi ada makna filosofi dari tumpeng itu sendiri.
“Tumpeng menurut orang Jawa merupakan singkatan lek wis metu harus mempeng. Ini merupakan penyemangat bagi seseorang siswa kalau sudah keluar /belajar ke sekolah harus Rajin,” pungkas Maryati. *** (Ady)