Oleh: Dani Saputra
Aswaja News – Pembicaraan mengenai komunikasi secara bersamaan akan berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Artinya, fungsi dan hubungan antara komponen-komponen komunikasi juga berkenaan dengan komunikasi antarbudaya itu sendiri.
Namun, apa yang terutama menandai komunikasi antarbudaya adalah bahwa sumber dan penerimaannya berasal dari budaya yang berbeda. Satu ciri ini saja sudah memadai untuk mengidentifikasi suatu bentuk dan fungsi budaya dalam proses komunukasi.
Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya.
Dalam keadaan demikian, kita segera dihadapkan kepada masalah-masalah yang ada dalam suatu situasi di mana suatu pesan disandi dalam suatu budaya dan harus disandi balik dalam budaya lain.
Seperti kita lihat, budaya mempengaruhi orang yang berkomunikasi. Budaya bertanggung jawab atas seluruh perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap orang.
Konsekuensinya, perbendaharaan-perbendaharaan yang dimiliki dua orang yang berbeda budaya misalnya, akan berbeda pula makna yang dihasilnya, dan bahkan bisa menimbulkan segala macam kesulitan.
Dalam setiap budaya ada bentuk lain yang agak serupa dengan bentuk budaya, bahwa ada ‘sosok’ individu yang telah dibentuk oleh budaya, meski bentuk individu akan sedikit berbeda dari bentuk budaya yang mempengaruhinya.
Ini menunjukkan dua hal, pertama, ada pengaruh-pengaruh lain di samping budaya yang membentuk individu. Kedua, meskipun budaya merupakan kekuatan dominan yang mempengaruhi individu, orang-orang dalam suatu budaya yang sama pun pada akhrinya mempunyai sifat-sifat berbeda.
Ketika suatu pesan meninggalkan budaya di mana ia disandi, pesan itu mengandung makna yang dikehendaki oleh penyandi (encoder).
Sebaliknya, ketika suatu pesan sampai pada budaya di mana pesan itu harus disandi balik, pesan itu mengalami suatu perubahan dalam arti pengaruh budaya penyandi balik (decoder) telah menjadi bagian dari makna pesan.
Makna yang terkandung dalam pesan asli telah berubah selama fase penyandian balik dalam komunikasi antarbudaya, oleh karena perbendaharaan perilaku komunikasi dan makna yang dimiliki decoder tidak mengandung makna-makna budaya yang sama seperti yang dimiliki encoder.
Komuniukasi antarbudaya terjadi dalam banyak ragam situasi yang berkisar dari interaksi-interaksi antara orang-orang yang berbeda budaya secara ekstrem hingga interaksi-interaksi antara orang-orang yang mempunyai kebudayaan dominan yang sama, tetapi mempunyai subkultur atau subkelompok yang berbeda.
Persepsi sosial adalah proses pemberian makna kepada objek-objek sosial dan peristiwa yang kita temukan di lingkungan kita dan merupakan suatu aspek komunikasi yang sangat penting.
Budaya mempengaruhi proses persepsi sedemikian rupa sehingga kita memiliki tatanan-tatanan perspektual yang bergantung pada budaya.
Hambatan-hambatan komunikasi yang disebabkan oleh persepsi dapat dikurangi dengan pengetahuan dan pemahaman atas faktor-faktor budaya yang berbeda dan harus disertai dengan keinginan yang tulus untuk berkomunikasi, yang di dalamnya sebagai perbedaan budaya dalam mempersepsi objek-objek sosial dan kejadian-kejadian.
Suatu keinginan yang tulus untuk melakukan komunikasi yang efektif adalah penting, sebab komunikasi yang berhasil mungkin tidak hanya terhambat oleh perbedaan-perbedaan budaya, tetapi juga oleh sikap-sikap yang tidak bersahabatan atau bermusuhan.
Perhatian kita terutama tertuju pada sitausi-situasi di mana terdapat perbedaan-perbedaan budaya dalam penyandian dan penyandian balik atas pesan-pesan verbal dan nonverbal selama interaksi antarbudaya, serta masalah-masalah yang melekat pada situasi-situasi tersebut.***
One thought on “Komunikasi Antarbudaya: Proses Pertukaran Sandi-Penyandian Antara Encoder dan Decoder”