Aswaja News – Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LFPBNU) terus mengadakan terobosan terobosan untuk meningkatkan pemahaman ilmu Falakiyah di Indonesia. Salah satunya dengan menggelar Halaqah Falakiyah ke 2 di kota reog Ponorogo.
Kegiatan keilmuan falakiyah ini bertemakan: “NAHDHATUL ULAMA DI TENGAH PUSARAN PERBEDAAN AWAL PUASA DAN DUA HARI RAYA” digelar selama 2 hari yaitu tanggal 8 dan 9 Desember 2023 di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo. Acara dibuka langsung oleh Ketua LFPBNU Dr. Sirril Wafa.
Pengurus LFPBNU saat membuka Halaqah mengatakan, banyak peristiwa penentuan awal bulan yang di lingkungan NU berpedoman dengan melihat bulan. Jika tidak melihat, maka istikmal. Di sisi lain juga ada yang melaporkan tanggal 29 bulan Qamariyah sudah ada yang bisa melihat.
“Ini persoalan-persoalan rukyat yang selama ini terjadi, maka tugas kita untuk membenahinya,” ujarnya pada saat membuka Halaqah Falakiyah PBNU yang diikuti oleh peserta se Jatim Jumat (8/12/2023) malam.
Disampaikan, maka halaqah di Kota Ponorogo ini dalam rangka mencari solusi yang berdasarkan nash dan perkembangan ilmu dan teknologi. “Dalam hadits nabi disebutkan, shumu lirukyati. Tapi bagaimana mengimplementasikan di lapangan perintah Rasulullah itu. Maka langkahnya adalah melakukan rukyatul hilal setiap tanggal 29,” ucapnya.
Menurut sekretaris LFPCNU Ponorogo Dr. Ahmad Junaidi, terjadinya perbedaan dalam realisasi pelaksanaan mengawali bulan baru perlu dituntaskan secepatnya. “Dan halaqah falakiyah di Kota Reog ini dalam rangka mencari solusi atas berbagai masalah yang muncul di lembaga falakiyah,” terangnya.
Menurut Doktor Ilmu Falak yang sekaligus Pakar Falakiyah PP Al Islam Joresan menyampaikan, kegiatan yang dihelat LF PBNU di Ponorogo merupakan jawaban atas keresahan dari warga NU terhadap perbedaan awal bulan qamariyah yang dilakukan NU khususnya awal puasa dan awal Idul Fitri.
“Pada idul fitri kemarin ada perbedaan awal Idul Fitri hingga 5 hari yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia dan ini menjadi persoalan. Bahkan di bulan-bulan lain juga terjadi perbedaan dan ini tugas kita untuk menjelaskan kepada masyarakat kenapa terjadi perbedaan,” ungkap Dosen IAIN Ponorogo ini.
Kegiatan Halaqah Falakiyah ke dua ini setelah yang pertama dilakukan di Kota Pekalongan yang dihelat LF PBNU di Kota Ponorogo yang dihadiri 100 delegasi pondok pesantren dan juga beberapa delegasi LFPCNU di Jawa Timur berlangsung hingga Sabtu (9/12/2023) sore.
Adapun materi Halaqah Falakiyah ke 2 PBNU ini antara lain:
- Pemrograman waktu Sholat metode kitab Addurusul Falakiyah juz 1 berbasis android. oleh Tsamrotul Fikri.
- Kalender Hijriyah Nahdhatul Ulama oleh Dr. KH. Luthfi Hadi Aminuddin dan Dr. KH. Shofiyulloh.
- Waktu Subuh Nahdhatul Ulama oleh Dr. Ahmad Junaidi dan Hendro Setyanto,M.Si.
- Aplikasi Falakiyah oleh Hendro Setyanto,M.Si.
Disamping penyampaian materi dalam Halaqah Falakiyah kali ini juga dibuka tanya jawab tentang masalah masalah falakiyah termasuk waktu sholat dan tata cara penentuan kalender yang diterbitkan oleh Lembaga Falakiyah Nahdhatul Ulama. (IIM)