Aswaja News – Jumat, 10 November 2023 Kopri PC PMII Ponorogo melaksanakan agenda ziarah makam pahlawan yang dilakukan di Taman Makam Pahlawan Ponorogo Wira Patria Paranti. Agenda ini sebagai bentuk memperingati hari pahlawan nasional Indonesia. Rangkaian acara “Kopri Napak Tilas Pahlawan Ponorogo” tersebut di awali dengan tahlil bersama oleh seluruh kader PMII Ponorogo yang dipimpin oleh Bangkit Adi Saputra S.Pd. Dilanjutkan menebar bunga pada makam yang dilakukan seluruh kader PMII Ponorogo (dalam adat jawa yang disebut “nyekar”), setelah itu juga diadakan diskusi bersama mengenai sejarah perjuangan pahlawan Indonesia dengan narasumber Krisdianto S.Pd.
Aldila Mayang Putri,S.H, sebagai Ketua Kopri PC PMII Ponorogo periode 2023-2024 mengatakan “Agenda ini sebenarnya rangkaian menyongsong Harlah KOPRI Ke-56 yang mana dalam momen peringatan Hari Pahlawan ini kita bisa merefleksikan kepentingan emansipatoris kader terkhusus kader Kopri dalam pembangun bangsa” ucapnya. Acara ini merupakan sebagai upaya mengenang sejarah bangsa Indonesia. Selain itu himbauan ini juga disampaikan kepada Kopri se-Jawa Timur oleh KOPRI PKC Jatim untuk dapat melakukan napak tilas di daerah masing-masing.
Pelaksanaan napak tilas ini sebagai perwujudan akan pentingnya mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur dalam memperjuangkan bangsa Indonesia.
Dalam diskusi bersama dengan narasumber Krisdianto S.Pd. sebagai salah satu budayawan Ponorogo, ia menyampaikan bahwasanya nama makam “Wira Patria Paranti” memiliki arti “tempat peristirahatan para pejuang pembela tanah air”. Nama ini dipilih pada masa kepemimpinan bupati Soebarkah 1980an.
Pada saat kepemimpinan beliau tempat makam ini mulai mendapat perhatian dan mulai dirawat hingga kemudian diteruskan pada kepemimpinan berikutnya hingga menjadi makam pahlawan yang sekarang.
Pada era 1950an keberadaan makam belum sebanyak yang sekarang, hal itu dikarenakan keberadaan makam pahlawan masih tersebar di tempat makam umum di Kabupaten Ponorogo. Semenjak awal mula dirawatnya makam ini mulailah makam-makam pahlawan yang tersebar tersebut dipindahkan di Taman Makam Pahlawan dengan seizin keluarga asalnya.
Jumlah total keberadaan jasad secara pasti tidak dapat ditentukan namun terdapat 200 jiwa lebih yang dimakamkan di taman makam pahlawan ini, hal tersebut dikarenakan sebagian jiwa yang tidak dapat diidentifikasi, tutur bapak Gunawan sebagai Juri Kunci makam saat ini.
Mayoritas jasad para pahlawan yang dikuburkan di Taman Makam Pahlawan ini meninggal pada tahun 1948-1949, ini dikarenakan pada masa tersebut merupakan masa terjadinya pemberontakan PKI yang ada di Madiun. PKI pada masa itu yang dipimpin oleh Muso merasa tidak puas akan berdirinya Indonesia saat itu karena memilih untuk tidak berpihak diantara perang dingin antara.
Amerika Serikat dan Uni Soviet yang pada saat itu juga mempengaruhi politik secara global. Sehingga Muso dengan kepemimpinannya yang ofensif (serangan/bersifat menyerang) mencoba melakukan pembelotan dengan membunuh para tokoh masyarakat diantaranya pejabat dan Kyai yang pada saat itu memiliki kekuasaan dalam memimpin. Sehingga yang di kuburkan di Taman Makam Pahlawan ini mayoritas meninggal pada tahun tersebut.
Keberadaaan Muso yang memiliki dampak besar sehingga dapat melakukan pembelotan besar-besaran pada masa itu, juga didasari dari kepercayaan ramalan Joyo Boyo yang diyakini masyarakat Ponorogo terutama kalangan Warok Ponorogo (seseorang yang memiliki kekuatan dan sikap kesatria, dapat dipandang baik juga buruk jika digunakan dalam keburukan), bahwasanya akan ada kesatria yang datang dari wilayah tetangga yang mereka yakini saat itu wilayah Ngawi akan dapat memimpin Indonesia menuju negara yang sejahtera, dan Muso diyakini adalah sosok tersebut. Sehingga Muso kala itu memiliki gerakan yang cukup besar sehingga dapat melakukan pembelotan tersebut.
Menurut pengetahuan narasumber Krisdianto S.Pd., menuturkan ditemukannya artikel tahun 1991 yang telah mewawancarai veteran Ponorogo, masa itu selama 2 minggu Ponorogo mengalami keadaan yang mencekam, karena keberadaan pemerintah di Pendopo dan Kepolisian di duduki oleh PKI sehingga dipindahnya pemerintahan di wilayah Kaponan Mlarak, pada masa itu pula terdapat beberapa tokoh masyarakat dijadikan sandra, salah satunya KH Zarkasyi di masjid Duwet. Karena keberadaan ini diperintahkannya tentara dari Divisi Kodam Siliwangi dari Jawa Barat untuk membantu situasi saat itu, sehingga dapat perlahan meruntuhkan keberadaan PKI.
Perlu diketahui bahwasanya, klaim basis yang diberikan gelar pahlawan dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan ini dilihat dari status orang tersebut merupakan pahlawan veteran, yang mana pahlawan veteran ini dibagi menjadi dua yakni veteran murni, dan veteran tidak murni.
Veteran murni yaitu golongan masyarakat yang telah berjuang melalui perang dalam membela bangsa tanpa pangkat atau jabatan, dan veteran tidak murni adalah mereka yang telah berjuang membela bangsa Indonesia merupakan golongan berpangkat dan memilliki jabatan TNI yang kala itu juga disebut RERA (Rekonstruksi dan rasionalisasi). Adapun pahlawan perempuan yang dimakamkan di sini, namun cerita yang beredar tidak lebih banyak dari jumlah pahlawan laki-laki, ini dikarenakan kurang tereksposnya perjuangan perempuan pada masa itu yang pastinya gerakan perempuan pada masa itu juga memiliki peran penting.
Dengan begitu perlu adanya penggalian sejarah yang lebih dalam untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi, karena sejarah akan terus berkembang dalam temuan dan pembaruan yang sesuai karena waktu akan terus berjalan dan peristiwa akan terus berganti. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat digali melalui kumpulan informasi artikel yang tersebar pada masa itu dan juga keberadaan legenda yang tersebar di kalangan masyarakat dengan cerita sanepan atau disebut peribahasa, atau perumpamaan.
Oleh karenanya dalam mempelajari sejarah kita sebagai bangsa dapat memperbaiki diri menjadi lebih baik, dan berusaha untuk belajar tidak mengulangi hal yang sama di masa mendatang.Melalui sejarah dan bukti-bukti peristiwa yang telah terjadi tersebut, diharapkan dapat membangun jiwa nasionalisme kader PMII Ponorogo, dan seluruh peserta yang mengikuti agenda ini agar dapat merefleksikan bagaimana sebuah perjuangan memang sepatutnya dipertahankan, dan diperjuangkan.
Tak lupa dengan dilaksanakan doa bersama dan ziarah ini untuk menjadi pengingat akan kebesaran tuhan yang telah merangkai segala peristiwa, dan tetap berlindung kepadanya. (dila)