MWCNU Bungkal Gelar Lailatul Ijtima’ di Ranting NU Bancar

Aswaja News – Sebagai upaya untuk semakin memperkuat ukhuwah Islamiyah di kalangan warga NU, pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur secara rutin menggelar lailatul ijtima’. Lailatul ijtima ini digelar secara bergantian di masing-masing ranting tiap satu bulan sekali.

Pada malam hari ini (Sabtu mlm Ahad, 02/09/2023) diselenggarakan di Ranting Bancar yang bertempat di Masjid As-Salam Bancar.“Tradisi lailatul ijtima’ atau malam pertemuan warga NU ini memang sudah mengakar di kalangan Nahdliyin, khususnya yang berada di Kecamatan Bungkal. Oleh karena itu, kami akan terus melestarikan tradisi ini sebagai amaliah ulama NU,” ungkap Ketua Tanfidziyah MWCNU Kecamatan Bungkal Lukmanul Hadi, Sabtu (02/09).

Menurutnya, kegiatan yang dilakukan dalam lailatul ijtima’ tersebut meliputi Pembacaan Shalawat, istighosah, pembacaan tahlil dan Pengajian Kitab Kuning Risalah Ahlussunnah Wal Jama’ah karya Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari oleh Kyai Muhammad Manshur, Kegiatan yang dimotori oleh LDNU MWC NU Kec. Bungkal ini diikuti oleh pengurus Syuriah dan Tanfidziyah mulai dari tingkat MWC hingga ranting. ”Selain itu juga dari lembaga, lajnah dan badan otonom, termasuk juga para kiai-kiai se MWCNU Kecamatan Bungkal,” jelasnya.

Lebih lanjut Koordinator Kegiatan Teguh Wiyono menjelaskan lailatul ijtima’ ini dimaksudkan untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah atau tali persaudaraan yang bernafaskan Islam. Apalagi lailatul ijtima’ yang sudah mengakar kuat di kalangan NU merupakan warisan para ulama yang harus dilestarikan.

”Lailatul ijtima’ ini sangat penting sekali untuk dilakukan mengingat sudah banyak gerakan yang dapat memperlemah ukhuwah Islamiyah. Harapannya agar warga NU bisa menguatkan diri dengan memperkokoh paham Aswaja dan ukhuwah Islamiyah,” terangnya.

Dalam tiap lailatul ijtima’ dikatakan oleh teguh (Kang Teguh sapaan akrabnya) hal ini dilakukan sebagai pemantapan pemahaman Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) dan diskusi dengan mengaitkannya pada isu-isu terkini.

”Biasanya dalam diskusi itulah nantinya kita semakin dimantapkan pada pembelajaran untuk menghargai perbedaan. Perbedaan pandangan dalam Islam, selagi bisa dipertanggungjawabkan haruslah dipertahankan,” tegasnya. (Ady)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *