Oleh: Rosadi Jamani (Ketua Satupena Kalbar)
Makin seru saja jelang Pilpres. Bukan hanya dukung-mendukung, tapi jegal-menjegal pun mulai terasa. Kali ini menjegal capres lewat umur.
Sebanyak 98 pengacara mengajukan gugatan UU Pemilu ke Mahkamah Konstitusi (MK). Mereka meminta syarat usia capres/cawapres diubah dari tidak terbatas diubah menjadi maksimal 70 tahun. Para advokat itu bernaung dalam wadah Aliansi ’98 Pengacara Pengawal Demokrasi dan HAM. Gugatan itu didaftarkan ke MK tadi siang. Tahu kan ke mana arahnya gugatan ini? Sasarannya adalah Prabowo yang dicapreskan Gerindra dan PKB. Prabowo sendiri saat ini sudah berusia 71 tahun. Bila gugatan ini sukses, Prabowo pun tinggal mengubur mimpinya menjadi Presiden RI gantikan Jokowi.
Ini namanya menjegal secara konstitusi. Terkesan elegan, tapi mematikan. Tak perlu demo teriak di jalan, cukup layangkan gugatan ke MK. Tinggal dimainkan di MK. Cari pengacara hebat. Bila bisa meyakinkan hakim MK, selesai ni opa Prabowo. Kalah sebelum bertarung.
Siapa di belakang 98 advokat yang menggugat UU Pemilu soal umur ini? Apakah ada pesanan dari pihak yang takut bersaing? Atau, sengaja mencari sensasi? Atau, ada wani piro? Saya pun tak tahu. Pastinya, gugatan ini sasarannya hanya ingin menjegal Prabowo. Sebab, hanya Prabowo yang umurnya lebih 70 tahun.
Sebelum gugatan itu, sudah ada gugatan serupa soal umur juga. Kalau tadi minta umur Capres dibatasi maksimal 70 tahun, kalau sebelumnya, usia capres atau cawapres diturunkan 35 tahun, tidak minimal 40 tahun. Sasaran gugatan ini ingin meloloskan Gibran Rakabuming, anak Jokowi bisa jadi cawapres. Kayak gimana ya? Gugatan pertama minta umur dimudakan jadi 35 tahun. Gugatan kedua minta umur dibatasi 70 tahun. Yang satu ingin meloloskan yang muda. Yang satunya lagi ingin membatasi yang tua.
Mungkin bagi Ganjar dan Anies, senyam-senyum. Karena tak kena imbas dua gugatan itu. Kasihan Gerindra. Parpol milik Prabowo ini harus berjuang keras bertarung di MK dulu sebelum bertarung di ajang Pilpres. Energi baru harus disiapkan untuk melawan upaya penjegalan lewat konstitusi itu. Sing sabar ya Gerindra.
Apa pesan moralnya? Politik tak bisa dihindari upaya saling jegal-menjegal, dukung-mendukung. Politik itu penuh taktik, trik, dan bila perlu licik sepanjang tidak bisa dibuktikan oleh hukum. Anda berani mengkritik, anda juga harus siap dikritik balik. Anda berani menghujat, siap juga dihujat balik. Untuk itu diperlukan mental kuat bila terjun ke dunia politik. Kalau punya mental kerupuk, suka baperan, jangan deh. Lebih baik jadi penonton di tribun politik.