Melawan Monster Obesitas

Oleh: Rosadi Jamani (Dosen Universitas NU Kalimantan Barat)

Obesitas sudah seperti penjajah. Banyak menyerang siapa saja. Ketika sudah diserang, sangat sulit terlepas. Tidak ada cara lain, pasang semangat 45 untuk mengusirnya dari tubuh.

Saya salah satu orang terkena serangan obesitas atau kegemukan. Penyebabnya, ya makan banyak. Kafe yang tumbuh di mana-mana membuat selera makan naik. Makan terus di-upload di medsos. Cari konten sekaligus makan enak. Pelan tapi pasti berat badan terus naik. Agak malu juga sih. Kadang malu itu dikalahkan oleh ungkapan, “Biar gemuk asal sehat!” Memang selama gemuk, jarang sakit. Tak pernah nginjak rumah sakit. Sehat-sehat saja. Makan pun seperti tak ada remnya. Sarapan, makan siang, jajan (bakso, mie ayam), makan malam. Begitu setiap hari. Olahraga hampir tidak ada. Makan jalan terus, olahraga no. Bisa ditebak, badan siapapun pasti melar. Berat badan pun hampir menyentuh 100 kg. Perut pun buncit sehingga ketemu kawan, dipanggil ‘bos’.

Apa yang dirasakan saat gemuk? Pakaian banyak tidak muat lagi. Terpaksa beli baru. Biasa XL saja berubah menjadi XXXL. Ukuran segitu pun menjadi susah ditemui di toko.

Efek lainnya, susah naik tangga. Kalau pun naik harus berpegangan di pagar pengaman. Mudah lelah dan suka ngantuk. Mulut maunya ingin ngunyah terus. Dalam hati, “Ini tak bisa dibiarkan. Lawan obesitas!” Cuma, dari mana mulainya.

Langkah awal, membaca dan menonton artikel maupun konten terkait bahaya obesitas. Tujuannya, membangkitkan semangat juang. Ini kunci utama. Bila semangat sudah macam Jenderal Sudirman, go. Lagi-lagi, kapan mulainya.

Pas puasa Ramadan kemarin, momen pas untuk memulai. Momen strategis berperang melawan obesitas. Caranya, kurangi makan. Membuang seluruhnya makanan manis. Gantinya buah-buahan. Sahur cukup minum air doang. Hasilnya, sebulan puasa celana XXXL sudah kendor. Baju yang sempit mulai bisa dipakai. Lumayan ni. Tapi, perang belum usai. Perut masih buncit. Berat memang turun banyak, cuma belum ideal.

Masuk tahap kedua, mulai olahraga. Makan tetap dikurangi, no gula, no berlemak, no gorengan. Perbanyak minum air putih dan buah. Bangun tidur pasti satu botol air mineral ditenggak, habis. Mulai olahraga. Ikut senam dari canel Bodyfit by Agus. Inilah guru saya. Buka youtube, buka canel itu, lalu ikut gerakannya. Awalnya memang ngos-ngosan. Keringat bercucuran. Kalau tidak pagi, sore hari saya senam. Begitu setiap hari. Hasilnya, celana XXXL dimuseumkan. Gantinya, celana yang dulu hampir disedekahkan karena sempit, bisa dipakai lagi. Semangat 45 semakin berkobar.

Bulan berikutnya, olahraga makin ditingkatkan. Awalnya hanya senam, mulai menggunakan dua dumble masing-masing 1 kg. Cardio juga ditingkatkan. Senam, cardio, angkat dumble. Itulah yang dilakukan bila di rumah. Hasilnya, berat yang awalnya mendekati 100 kg, sekarang 85 kg. Masih jauh dari ideal, tapi sudah sangat lumayan. Target 65 kg. Nafas tak lagi sengal. Naik tangga tak perlu lagi berpegangan. Badan juga terasa ringan.

Berikutnya, terinspirasi dari petani di kampung. Coba perhatikan petani, jarang badannya gemuk. Padahal, makan rata-rata dua piring. Makan banyak tapi body tetap ideal. Sama halnya juga host canel kuliner top dunia, rata-rata langsing padahal makannya banyak. Apa rahasianya, ya olahraga rutin. Petani dengan kerja banting tulang itulah yang membuat body-nya tetap fit. Sementara host kuliner, rutin nge-gym. Nah, inilah point utamanya yang sedang saya amalkan. Makan enak tetap dilakukan, asalkan olahraga rutin. Makan memang harus dijaga, intinya jangan berlebihan. Nasihat paling manjur itu, “Makanlah saat lapar. Berhentilah makan sebelum kenyang!” Amalan lain hindari makanan manis. Coba ente cari referensi, rata-rata penyakit modern sekarang ini sumber utamanya makanan manis. Saya pun ngopi tak lagi bergula. Enak juga kalau sudah biasa.

Apa simpulannya, bila Anda tak mau diserang obesitas, seimbangkan makan dengan olahraga. Kalau makan banyak, olahraga jarang, bersiaplah terkena serangan obesitas. Semoga bisa memberi motivasi bagi kawan yang sudah terlanjur jumbo. Tak ada kata terlambat bila ada kemauan.

Tulisan ini sengaja dibuat untuk memotivasi saya sendiri. Sebab, bila kembali jumbo, malu dengan apa yang saya tulis ini. Camanewak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *