4 Pengaruh Fast Food Terhadap Kesehatan Remaja

Aswaja News- Siapa yang tidak mengenal makanan cepat saji atau fast food, seperti pizza, hamburger, donat, atau keripik kentang, memang selalu menggoda untuk disantap. Namun, terlalu banyak mengonsumsi makanan jenis ini diduga dapat mempengaruhi kesehatan kita. Makanan cepat saji biasanya mengandung banyak kalori, lemak, garam, dan gula, tetapi rendah nutrisi yang diperlukan tubuh. Konsumsi makanan jenis ini untuk sehari-hari sebenarnya tidak disarankan. Namun, karena alasan praktis, cepat, enak dan mengenyangkan, akhirnya tidak sedikit orang yang menggemarinya.

Kita ketahui tentunya kaitannya antara makanan cepat saji dan kesehatan mempunyai hubungan yang sangat erat. Banyaknya aneka ragam jenis dari makanan cepat saji atau fast food membuat kita tertarik untuk mencobanya, baik orang dewasa, remaja mapun anak-anak pastinya pernah mencobanya. Berkaitan dengan hal tersebut banyak diduga kuat bahwa kalangan remaja lebih banyak mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast food.

Remaja adalah orang yang berada pada usia antara 10 hingga 19 tahun. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014, remaja adalah kelompok usia 10 tahun sampai berusia 18 tahun. Remaja dimulai pada usia 12 tahun dan berakhir sekitar usia 17 atau 18 tahun. Remaja memiliki kebutuhan nutrisi yang spesial dibandingkan kelompok umur lainnya. Hal ini karena pada saat remaja terjadi pertumbuhan yang pesat dan perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan masa pubertas.

Remaja membutuhkan kebutuhan gizi yang berbeda apabila ditinjau dari sisi biologis maupun psikologis. Secara biologis, kebutuhan nutrisi remaja harus seimbang dengan aktivitasnya. Remaja membutuhkan lebih banyak protein, vitamin dan mineral dari setiap energi yang dikonsumsi dibandingkan dengan masa anak-anak. Apabila dipandang dari sisi psikologis, remaja tidak terlalu memperhatikan faktor kesehatan dalam menentukan pilihannya. Namun, remaja lebih memperhatikan faktor lain, seperti orang-orang sekitar, budaya hedonistik, dan lingkungan sosial yang sangat mempengaruhi.

Kebutuhan gizi pada remaja perlu diperhatikan. Hal ini karena kebutuhan nutrisi pada remaja meningkat karena terjadi peningkatan pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu, gaya hidup dan kebiasaan makan yang berubah juga akan mempengaruhi asupan gizi remaja. Kelompok usia remaja disibukkan dengan banyaknya aktivitas fisik. Oleh karena itu, kebutuhan kalori, protein, dan mikronutien pada usia remaja perlu diperhatikan.

Saat ini, banyak remaja yang menyukai makanan cepat saji atau fast food. Remaja yang memiliki aktivitas sosial yang tinggi, cenderung memperlihatkan interaksi dengan teman sebaya. Di kota besar, banyak dijumpai sekelompok remaja yang makan bersama di tempat makan yang menyediakan makanan cepat saji atau fast food. Makanan cepat saji tersebut berasal dari negara barat.

Makanan cepat saji atau fast food juga dikenal masyarakat dengan istilah junk food. Secara harfiah, junk food diartikan sebagai makanan sampah atau makanan tidak bergizi. Istilah tersebut berarti menunjukkan makanan-makanan yang dianggap tidak memiliki nilai nutrisi bagi tubuh. Makan makanan junk food tidak hanya sia-sia, tetapi juga dapat merusak kesehatan. Gangguan kesehatan akibat makan makanan junk food seperti obesitas atau kegemukan, diabetes, hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, kanker, dan lain sebagainya.

Makanan cepat saji maupun junk food menjadi populer karena penyajian yang cepat, tersedia secara luas, mudah diperoleh, dan memiliki rasa yang enak. Namun, kebiasaan makan dengan mengonsumsi makanan cepat saji ataupun junk food berlebih akan berdampak buruk bagi kesehatan, baik pada anak, remaja, maupun dewasa. Berikut ini bahaya memiliki kebiasaan makan junk food sejak remaja:

1.Obesitas
Junk food sarat dengan kalori dari gula dan lemak rafinasi (terutama lemak jenuh dan terhidrogenasi yang menyumbat arteri, yang berasal dari minyak yang berulang kali dipanaskan kembali ke suhu tinggi untuk menggoreng). Sering makan junk food bisa menyebabkan anak remaja mengalami penambahan berat badan secara cepat. Menurut hasil penelitian longitudinal yang diikuti lebih dari 3000 orang dewasa muda selama periode 15 tahun, mereka yang makan di restoran junk food lebih dari dua kali seminggu mengalami pertambahan berat badan sebanyak 4,5 kilogram dibanding mereka yang hanya melakukan hal itu kurang dari satu kali seminggu.

Bila tidak diimbangi dengan olahraga atau gaya hidup yang aktif, lama kelamaan anak remaja yang sering makan junk food bisa mengalami obesitas. Seorang anak yang sudah memiliki berat badan berlebih sejak remaja biasanya akan tetap mengalami obesitas saat dewasa nanti. Selain itu, anak remaja yang mengalami obesitas biasanya juga memiliki kadar kolesterol yang tinggi, risiko terkena penyakit koroner, serta penyakit umum lainnya. Belum lagi ditambah ketidaknyamanan fisik yang bisa dirasakan akibat beban tubuh yang berlebihan.

2.Diabetes
Junk food juga memiliki indeks glikemik yang tinggi, yang artinya makanan tersebut bisa meningkatkan gula darah dengan cepat. Selain itu, junk food sering disajikan dalam porsi yang besar tapi biasanya tidak terlalu mengenyangkan atau membuat orang mudah lapar lagi setelah mengonsumsinya.

Hal itu bisa menyebabkan orang tergoda untuk makan junk food secara berlebihan, sehingga bisa berdampak negatif pada diabetes, termasuk lonjakan gula darah dan penambahan berat badan. Berat badan yang berlebih dan lemak tubuh juga menjadi faktor risiko utama untuk mengembangkan diabetes tipe 2. Diabetes juga merupakan faktor risiko utama penyakit jantung.

3.Penyakit Jantung
Junk food memiliki kadar lemak dan gula yang tinggi yang tidak hanya tidak sehat tapi juga bisa membuat ketagihan, sehingga anak remaja akan susah menghentikan kebiasaan makan junk food dan lebih sedikit mengonsumsi makanan sehat.

Sedangkan sering makan junk food yang memiliki kandungan lemak trans yang tinggi bisa membuat anak-anak remaja berisiko mengalami penyakit jantung di masa depan. Selain itu, kandungan kolesterol dan garam yang tinggi juga diketahui memicu tekanan darah naik, yang meningkatkan risiko stroke dan penyakit jantung.

4.Tekanan Darah Tinggi
Junk food biasanya juga mengandung sodium atau garam yang tinggi, yang berkontribusi pada terjadinya tekanan darah tinggi. Asupan garam yang tinggi juga bisa memengaruhi fungsi ginjal secara negatif.

Itulah bahayanya punya kebiasaan makan junk food sejak remaja. Bila anak remaja kamu sering makan junk food, ada baiknya mulai coba dikurangi dari sekarang dan dorong ia untuk lebih banyak mengonsumsi makanan sehat dan bergizi. Semoga bermanfaat untuk para pembaca sahabat Aswaja News. (Sal)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *