Aswaja News – Sejak masa kanak-kanak, KH. Hasyim Asy’ari hidup dalam lingkungan pesantren tradisional. Beliau belajar dasar-dasar agama Islam dari ayahnya di Pesantren Keras. Pada usia 15 tahun, beliau mulai merantau untuk menuntut ilmu di berbagai pesantren ternama di Jawa, seperti Pesantren Siwalan Panji (Sidoarjo), Pesantren Tambakberas (Jombang), Pesantren Langitan (Tuban), Pesantren Cepoko (Ngawi), dan Pesantren Sarang (Rembang).
Pada usia 21 tahun, KH. Hasyim Asy’ari menikah dengan Nafisah, putri dari Kiai Ya’qub Siwalan Panji. Tidak lama kemudian, beliau bersama istri dan mertuanya berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji.
Di sana beliau melanjutkan belajar kepada ulama-ulama terkemuka, seperti Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Syaikh Muhammad Salih al-Samarqandi, Syaikh Thahir al-Ja’fari, Syaikh Ahmad Zaini Dahlan, dan Syaikh Muhammad Mahfuzh al-Tarmasi .Selama di Makkah,
KH. Hasyim Asy’ari juga mengajar di Masjidil Haram dan mendapat gelar Syaikhul Haram. Beliau juga menulis beberapa karya ilmiah, seperti Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah dan Al-Imam al-Ghazali wa Arauhu al-Kalamiah. Setelah 4 tahun di Makkah, beliau kembali ke tanah air dan mendirikan Pesantren Tebuireng pada tahun 1899.(Nda)