Aswaja News – KH Abdurrahman Kautsar atau Gus Kautsar menyebutkan, bahwa politik dalam Bahasa Arab ialah siyasah. Yakni berasal dari kata Saasa yasuusu siyasah, yang bermakna mengatur segala urusan untuk kebaikan.“Saya menyayangkan jika politik itu kotor. Karena hal ini tidak sejalan dengan tuntunan syari’at,” ujarnya saat tausiyah di Pondok Pesantren Bustanul Ulum, Desa Krai, Yosowilangun, Lumajang,
Gus Kautsar menuturkan, bahwa orang yang mengatakan demikian kemungkinan lupa dengan tujuan besar sebuah politik yang harus dibangun. Karena sejak zaman nabi-nabi terdahulu politik itu sudah ada untuk mengatur kebaikan umat. Dirinya menegaskan, ketentraman umat Islam dalam melaksanakan ibadah, belajar dan aktifitas lainnya bisa tercapai jika dipimpin seseorang yang tepat dan tentunya taat kepada Allah SWT.”Untuk mencapai hal itu, harus ada seseorang yang memperjuangkannya dari aspek politik dengan modal kompak,” ungkapnya.
Nahdlatul Ulama sebagai organisasi terbesar di dunia memiliki modal untuk itu. Jangan sampai besarnya NU hanya seperti buih di lautan, yang mudah menguap dan terombang-ambing setelah itu tercerai-berai. “Maka, perlu dilakukan koreksi untuk mengidentifikasi kekuatan besar itu,” terang putra KH Nurul Huda Djazuli Pengasuh Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Kediri ini.Ia pun membayangkan, bila kekuatan besar itu bersatu dan kompak, maka gelombang besar atau gerakan luar biasa akan terjadi. Dan, hal ini yang perlu dilakukan Nahdliyin dewasa ini.
“Namun, akan ada kelompok yang membuat kita tidak kompak, ketidakkompakan kita bukan alami, itu memang dibuat. Pasti ada tangan-tangan yang membuatnya,” pungkasnya.(Nda)