Fakta dan Mitos Mencuci Beras.

Perlukah beras dicuci sampai bersih ? Yuk simak penjelasannya singkatnya dari segi gizi.

Aswaja News- Sebagai orang yang lahir dan besar di Indonesia, pasti sudah sangat familiar dengan beras. Hal ini karena beras merupakan makanan pokok nomor satu di Indonesia. Sebelum dimasak, beras harus dicuci terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada kotoran yang tertinggal. Namun, masih banyak kontroversi yang berkembang selama proses ini. Salah satunya adalah kita harus mencuci beras sampai bersih. Kira-kira kontroversi tersebut mitos atau fakta ya?

Kandungan Nutrisi dalam Beras

Beras (Oryza sativa) termasuk ke dalam biji-bijian berkalori tinggi yang murah, sehingga dapat dikonsumsi oleh semua kalangan. Selain karbohidrat sebagai kandungan utamanya, beras juga diperkaya dengan  serat, vitamin B1, vitamin B6, magnesium, fosfor, selenium, dan mangan. 

Proses Pencucian Beras

Sebelum dimasak, beras harus dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan kelebihan pati dan membersihkan kotoran-kotoran yang mungkin menempel. Selain itu, penelitian Food Department of Agricultural (FDA) USA juga menunjukkan bahwa mencuci beras sebelum dimasak dapat mengurangi kandungan arsenik. 

Walaupun begitu, proses pencucian beras yang dilakukan secara berlebihan juga tidak baik. Hal ini dikarenakan mencuci dan membilas secara berlebihan dapat menghilangkan vitamin B yang larut dalam air, terutama untuk beras yang telah difortifikasi dengan disemprot vitamin. Oleh karena itu, mencuci beras sampai bersih adalah MITOS.

Lalu, Bagaimana Cara Mencuci Beras yang Benar?

A. Mencuci beras dengan mengaduknya perlahan agar vitamin B di dalamnya tidak terkikis. 

B. Mencuci beras cukup dua kali dan tidak perlu sampai air cuciannya bening.

Pada umumnya pencucian beras bertujuan untuk menghilangkan atau membersihkan beras dari kotoran. Menurut Irmayani et al. (2013), metode pencucian yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia adalah dengan metode diaduk, menggosok-gosok beras, menggunakan wadah saringan atau wadah yang berlubang halus (seperti bakul) dengan cara mengalirkan air sambil diaduk-aduk, dan ada pula hanya membiarkan saja sampai kotoran pada beras naik dengan sendirinya. Frekuensi pergantian air cucian yang biasa digunakan masyarakat adalah sebanyak 2 kali dan 3 kali.

Pencucian beras bisa mempengaruhi kandungan gizi beras. Hal ini dibuktikan dengan penelitian FAO (1993) bahwa kegiatan pencucian beras sebelum dimasak diperkirakan menyebabkan penurunan 2-7% protein, 20-41% kalium, 22-59% tiamin, 11-26% riboflavin dan 20-60% niasin. Sejalan dengan FAO, dari hasil penelitian Kong dan Lee (2010) dikatakan bahwa pada lapisan aleuron terdapat senyawa bioaktif yang mudah hilang pada saat beras dicuci.

Kebiasaan mencuci beras pada umumnya akan menghasilkan air cucian pertama yang berwarna keruh. Warna keruh hasil cucian beras menunjukkan bahwa lapisan terluar dari beras ikut terkikis. Masyarakat pada umumnya mencuci beras sampai air cucian beras berwarna bening. Karena sebagian masyarakat
menganggap semakin putih beras maka kualitas yang dihasilkan akan semakin baik. Hal itu berarti bahwa protein, karbohidrat, mineral yang larut air, serat (fiber) dan vitamin B1 ikut terkikis. Proses pencucian beras yang menghasilkan air tajin bersih akan tambah menggerus zat gizi yang sudah menipis akibat disosoh. (Sal)

 

One thought on “Fakta dan Mitos Mencuci Beras.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *