Orang yang mampu menahan amarah dijanjikan surga oleh Allah SWT.
Aswaja News- Nafsu amarah seringkali membuat seseorang lupa terhadap banyak hal. Apabila tidak dikendalikan, marah dapat berdampak buruk baik bagi diri orang yang marah maupun untuk orang-orang di sekitarnya. kaum muslimin dituntun untuk mengendalikan amarahnya sehingga membawa banyak kebaikan.
Larangan marah sangat penting dipahami terutama bagi umat Muslim yang ingin memperkuat ketakwaannya terhadap Allah SWT. Lantas, apa manfaat menahan marah bagi kesehatan pribadi orang yang menerapkannya? Apakah menahan marah hanya memiliki dampak psikologis? Ataukah ada dampak menahan marah terhadap kesehatan organ-organ vital yang ada pada tubuh manusia?
Secara umum, Nabi menganjurkan sahabat dan umatnya untuk tidak marah. Dalam riwayat Abu Hurairah, ketika seorang sahabat meminta nasihat kepada Rasulullah, maka muncullah perintah untuk tidak marah. Bahkan perintah tersebut diulang hingga tiga kali. Maka pasti ada rahasia besar di balik anjuran tersebut untuk kebaikan kaum muslimin.
Memiliki sifat pemarah merupakan perilaku yang tidak terpuji dalam Islam. Kemarahan memiliki sejumlah efek fisiologis yang tidak diinginkan pada tubuh yang dapat berdampak negatif bagi kesehatan. Menahan amarah membuat keadaan psikologis seseorang menjadi lebih tenang dan secara ilmiah akan menurunkan kadar adrenalin dalam tubuh. Adrenalin atau epinefrin adalah suatu hormon yang sangat mempengaruhi kerja jantung, pembuluh darah, dan organ-organ vital lainnya seperti liver atau hati. Saat seseorang marah, tubuh akan mengeluarkan adrenalin sepuluh kali lebih banyak daripada saat tenang.
Mengapa peningkatan adrenalin begitu berbahaya bagi tubuh? Pertama-tama, adrenalin merangsang peningkatan pembakaran glikogen atau suatu bentuk gula cadangan energi yang disimpan di hati. Adrenalin menyebabkan respons untuk melawan atau respon lari dan membakar banyak sumber energi tubuh untuk melakukannya.
Idealnya, orang harus menghemat simpanan glikogen karena tubuh (jika tidak ada asupan makanan) bergantung pada glikogen ini untuk mengubahnya menjadi glukosa yang memasok energi yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan fungsi dasar tubuh. Berulang kali bertengkar, membentak, kehilangan kesabaran, dan membiarkan amarah seseorang mengalir tanpa pengendalian akan menghabiskan energi dan menyia-nyiakan simpanan glikogen tubuh. Di akhir puasa, seseorang yang sering marah akan merasa tegang secara fisik dan emosional, lelah, dan kehabisan energi.
Kedua, adrenalin menghasilkan efek diuretik pada tubuh seseorang. Artinya meningkatkan pengeluaran urin yang mengakibatkan hilangnya cairan dari tubuh. Lonjakan adrenalin dalam tubuh bisa membuat orang merasa lelah, haus, dan kekurangan cairan. Sebaliknya, ketika seseorang menahan amarah, hormon adrenalin akan berada di level rendah. Minimnya adrenalin akan memberikan efek baik pada tubuh seperti mencegah pembentukan kolesterol dan kontraksi empedu yang lebih baik di mana hal ini dapat mengurangi resiko penyakit pembuluh darah, jantung dan otak seperti jantung koroner, stroke serta lainnya.
Organ-organ vital yang mendapatkan manfaat dari menahan marah saling berkaitan. Jantung dan pembuluh darah memiliki satu kesatuan sistem yang disebut sebagai kardiovaskular. Sistem ini bekerja untuk memompa darah dan mengalirkannya ke seluruh tubuh bersama dengan nutrisi dan oksigen yang terkandung di dalam darah. Sehatnya sistem kardiovaskular akan menunjang sehatnya otak dan organ-organ yang lain.
Tidak pernah ada hasil yang baik untuk meluapkan amarah atas hal-hal duniawi. Sebaliknya banyak sekali resiko kesehatan yang dapat menimpa organ-organ vital seseorang akibat tidak mampu mengendalikan marah. (Sal)