Oleh: Rosadi Jamani (Dosen UNU Kalbar)
Orang Muslim mengatakan, menuduh Muslim lain dengan kata sesat, kafir, musyrik, dsb. Sakit hati dicap sesat. Dituduh sesat padahal yang dituduh orang yang sama syahadatnya, kitab sucinya, kiblatnya, dan nabinya.
Ngomong surga sudah, ngomong doa sudah, sekarang ngomong sesat. Apa pula ni, Bang. Ngomong qurban kek, soalnya mau minta jatah daging sapi dari abang ni.
Ngomong qurban sudah biasa. Ente nanti tak kasih daging sapi limosin. Tenang saja. Kenapa ngomong sesat, karena banyak sesama Muslim suka mencap sesat. Saya ingin mengutip 10 ciri-ciri atau kriteria sesat versi MUI yang disepakati dan diputuskan di Hotel Sari Pan Pacific, Jl. MH. Thamrin, Jakarta, Selasa 6 November 2007. Sudah cukup lama keputusan MUI itu. Saya mau remind saja. Apa saja 10 kriteria atau ciri-ciri orang sesat itu:
- Mengingkari salah satu dari rukun iman yang enam.
- Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan Alquran dan sunnah.
- Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran.
- Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran.
- Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir.
- Mengingkari kedudukan hadis nabi sebagai sumber ajaran Islam.
- Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul.
- Mengingkari Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir.
- Mengubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syariah, seperti haji tidak ke baitullah, salat wajib tidak 5 waktu.
- Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i seperti mengkafirkan muslim hanya karena bukan kelompoknya.
Sepertinya saya belum masuk 10 kriteria itu, Bang. Berarti saya bukan orang sesat, Bang.
Saya tahu ente memang bukan sesat versi MUI. Cuma, sesat dalam dunia cinta saja. Jokowi sudah dua periode, ente masih jomblo. Sesat cinta lho.
Ah, abang. Jangan nyinggung soal jomblo bang. Jodoh di tangan Tuhan, lagian ana sudah berdoa dengan khusyuk tadi malam.
Aamin. Mudahan jodohmu gadis solehah yang rajin menabung. Kembali ke Hp, soal sesat versi MUI. Semua sudah jelas apa saja kriteria orang sesat. Saya mau fokus pada kriteria ke-10, Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i seperti mengkafirkan muslim hanya karena bukan kelompoknya.
Nah, itu yang banyak terjadi, Bang. Banyak orang Muslim justru mencap saudaranya yang Muslim dengan tuduhan sesat. Mungkin belum baca putusan MUI itu kali, Bang.
Pernah ndak dengar NU menyesatkan Muhammadiyah. Atau sebaliknya Muhammadiyah nyesatkan NU. Tapi, kalau beda tafsir, biasa. Misal soal penetapan Idulfitri dan Iduladha, suka beda. Tapi, tidak saling menyesatkan. Asyik kan. Beda tafsir, tapi happy saja. Sikap NU dan Muhammadiyah ini sebagai ormas terbesar di dunia, mestinya jadi contoh bagi ormas yang lain. Selain tidak saling menyesatkan, duo Ormas Islam ini tidak mudah menyesatkan kelompok lain. Apalagi mendemo pemerintah minta kelompok lain yang dicap sesat agar dihukum, dibubarkan, pemimpinnya dipenjarakan. Tak macam itu tabiat NU dan Muhammadiyah.
NU dan Muhammadiyah memang tak diragukan merawat umat. Cuma, yang kecil ngaku besar itu, suka berisik, Bang. Sudah berisik, suka menuduh Muslim yang berbeda dengan dirinya, sesat.
Kecil tapi berisik. Setuju saya. Kelompok ini seperti pemegang tunggal kebenaran. Tuhan dijadikan jongos, bisa diperintah untuk melaknati orang lain. Pemegang kunci surga. Bahkan, infonya punya orang dalam di surga. Surga seperti sudah dikavlingnya. Yang lain, tempatnya neraka. Kelompok macam inilah yang membuat negeri ini muncul saling cap sesat menyesatkan. Padahal, MUI sudah menggarisbawahi pada point 10 itu.
Saya mau mengutip sebuah hadis dari ” Abu Dzar bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: Tidaklah seseorang menuduh kepada orang lain dengan tuduhan Fasiq (pelaku dosa besar) maupun kafir, kecuali tuduhannya akan kembali kepada dirinya jika yang dituduh tidak terbukti.”
Udah pandai pakai dalil abang. Mimpi apa abang semalam ni?
Ssst…gini-gini alumni STAIN. Tahu dikitlah soal agama, cuma tak tahu banyak macam ustaz di MUI itu. Pesannya, janganlah sesama Muslim saling menyesatkan. Ingat pesan hadis di atas dan ingat MUI juga sebagai pemegang otoritas ulama di negeri ini. Kecuali, ente lebih hebat dari para ulama di MUI, bolehlah. Kecuali juga, ente memang pemegang kunci kebenaran, bolehlah tuduh, sesat lho, dajjal, kafir, dsb. Kalau sudah macam ini, silakan jadi Tuhan untuk melaknati orang yang memang dianggap sesat.
Serius benar abang ni. Ingat daging satu kantonya ya, Bang? Iya, saya esok lebaran qurbanya. Tunggulah esok, sabar. Kalau saya Muhammadiyah, hari ini pasti diantarkan daging. Sabar ya. Yang saya suka dari ente tu, walau suka minta rokok, tapi tak pernah menyesatkan orang, apalagi sampai mengkafirkan. Biarlah itu urusan MUI atau pengadilan. Lembaga inilah yang bisa merekom dan menetapkan kelompok lain itu sesat. Bukan asal tuduh seenak jidat. Tetap pertahankan sikap itu agar Indonesia selalu damai.