AswajaNews – Ada satu sajian khas yang selalu hadir di tengah perayaan adat Jawa. Dengan rasa manis yang menyentuh hati dan tekstur kenyal yang melekat di ingatan, jajanan ini menjadi simbol kehangatan dan keberkahan dalam setiap momen istimewa.
Manis, kenyal, dan penuh makna, itulah wajik, jajanan tradisional yang tak pernah absen menghiasi setiap momen sakral di tanah Jawa. Nama “wajik” sendiri berasal dari bentuk khasnya yang menyerupai jajar genjang atau belah ketupat.
Bentuk ini tidak dipilih sembarangan, secara filosofis ia melambangkan keseimbangan hidup dan keharmonisan, nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam masyarakat Jawa.
Di setiap sisi wajik tersimpan harapan untuk kehidupan yang manis, penuh keberkahan, dan kebahagiaan yang seimbang, persis seperti harapan yang disematkan pada pasangan pengantin dalam acara perkawinan.
Wajik terbuat dari bahan dasar ketan, yang menjadi simbol kekuatan dan ikatan yang erat dalam keluarga. Ketan yang lengket menggambarkan hubungan yang erat dan tak terpisahkan antaranggota keluarga atau pasangan yang baru menikah. Proses pembuatannya melibatkan bahan-bahan sederhana namun sarat rasa, beras ketan, gula kelapa atau gula pasir, santan, daun pandan, dan pewarna alami.
Daun pandan memberikan aroma harum yang khas, sementara santan memperkaya rasa legitnya. Pewarna alami seperti cokelat dari gula kelapa, merah muda, dan hijau menambah daya tarik visual wajik, membuatnya tampak lebih istimewa saat disajikan di atas nampan dalam berbagai perayaan.
Rasa manis wajik yang legit berasal dari perpaduan gula kelapa dengan santan yang dimasak hingga menghasilkan tekstur kenyal. Ketika digigit, wajik memberikan sensasi lembut yang seolah meleleh di mulut, membawa perpaduan rasa manis dan aroma pandan yang menenangkan.
Dalam pernikahan tradisional Jawa, wajik sering dijadikan bagian dari hantaran yang diberikan kepada keluarga mempelai. Kehadirannya bukan hanya sebagai simbol keberkahan, tetapi juga sebagai ungkapan rasa hormat dan kehangatan kepada keluarga besar.
Meskipun zaman terus berubah, wajik tetap bertahan sebagai simbol budaya yang hidup. Di era modern ini, wajik tak hanya ditemukan di acara adat, tetapi juga dijual sebagai oleh-oleh khas Jawa di pasar tradisional hingga toko oleh-oleh. Variasi warna dan kemasan yang lebih menarik membuatnya tetap relevan dan diminati oleh berbagai kalangan.
Dari dapur-dapur sederhana hingga perayaan besar, jajanan manis ini menjadi saksi bisu kehidupan masyarakat Jawa, membawa pesan kebahagiaan dan kehangatan di setiap gigitannya.*** (Fauza)